Ancam Sandera 150 Warga AS

Iklim politik Semenanjung Korea makin panas setelah Korea Utara (Korut) memaklumatkan perang terhadap Korea Selatan

Editor: Halmien
zoom-inlihat foto Ancam Sandera 150 Warga AS
kompas.com
Foto yang dirilis kantor berita Korea Utar, Korean Central News Agency (KCNA) pada Minggu (16/7/2012), menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melambaikan tangan pada para anggota Pasukan Keamanan Dalam Negeri Rakyat Korea (KPISF) di Pyongyang. Kim Jong Un dinyatakan resmi bergelar Marsekal Korea Utara, jabatan tertinggi militer Korut, Selasa (17/7/2012).

Sejak Perang Korea, 25 Juni 1953 hingga 27 Juli 1953, belum pernah tercapai kesepakatan damai antara dua negara bersaudara tersebut. Yang ada hanya gencatan senjata.

Pada masa itu, Korsel berada dalam satu payung dengan AS dan negara sekutu lain seperti Inggris, Australia dan Kanada. Sebaliknya, Korut dibantu Uni Sovyet dan RRC (Republik Rakyat Cina). Sebelum pecah Perang Korea, dunia saat itu tengah disibukkan oleh perang sekutu melawan Jepang.

“Mulai saat ini, hubungan Utara-Selatan akan memasuki keadaan perang. Semua isu menyangkut Utara dan Selatan akan ditangani dengan kondisi perang itu,” tulis kantor berita Korut KCNA, sebagaimana dikutip Reuters, kemarin.

Bahkan, Jumat (29/3), Jong-un telah menandatangani surat perintah agar pasukannya bersiap menyerang pangkalan militer AS yang didukung Korsel.

“Seluruh pasukan artileri termasuk unit roket strategis dan unit arteleri jarak jauh telah disiapkan di bawah kesiapan tempur kelas A,” tulis komando tertinggi militer Korut yang biasa disebut Korean People’s Army (KPA), seperti dilansir AFP.

Jika kedua negara serumpun ini memutuskan berperang, maka kekuatan sumber daya militer menjadi sangatpenting. Dari data kekuatan militer yang dilaporkan International Institute of Strategic Studies global, Korut pada 2008 menganggarkan belanja militer sebesar 8,2 miliar dolar AS atau 22-24 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara itu.

Sementara, Korsel pada  2012 mengeluarkan sekitar 30,8 miliar dolar AS atau sekitar 2,7 persen dari PDB negara itu untuk militer.

Selain itu, Korsel mendapatkan back-up dari AS yang memiliki senjata nuklir. Tak mau kalah, Korut juga mengklaim memiliki senjata nuklir yang potensial setelah melakukan uji coba untuk kali ketiga pada Februari 2013.

Meskipun diancam diserang, pemerintah Korsel menilainya bukan ancaman serius. Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Korsel menegaskan tidak gentar oleh ancaman yang merupakan kelanjutan ancaman sebelumnya yang provokatif.

Pangkalan AS
Tebaran ancaman perang Korut juga ditujukan ke AS. Bahkan, negara komunis itu mengaku telah menyiagakan roketnya untuk membombardir sasaran baru di wilayah AS, Hawaii dan Guam.

“Seluruh pasukan artileri termasuk unit roket strategis dan unit artileri jarak jauh telah disiapkan di bawah kesiapan tempur kelas A. Kami akan menyerang seluruh markas militer AS di wilayah Asia-Pasifik, termasuk di daratan AS, Hawaii dan Guam,” demikian pernyataan (KPA).

Kendati demikian, di sisi lain sejumlah ahli meragukan klaim Korut ini. Menurut mereka, selain keberhasilan dalam uji coba rudal jarak jauh, kemampuan Korut masih sangat jauh untuk menciptakan rudal balistik yang mampu menjangkau antarbenua, terutama yang mampu mencapai wilayah daratan AS.

Sama halnya dengan wilayah Hawaii dan Guam, yang menurut para ahli, berada di luar jangkauan misil jarak menengah.

Kemampuan rudal Korut diperkirakan hanya mampu menjangkau markas militer AS di Korsel dan Jepang.

Pernyataan Korut ini dikeluarkan beberapa saat setelah Presiden Korsel Park Geun-hye mengimbau negera itu meninggalkan program nuklir dan rudalnya. Geun-Hye meminta Korut mengubah haluan militernya seiring semakin meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved