Miranda Tak Lupa Bawa Sapu

Akhirnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengeksekusi terpidana suap pemilihan

Editor: Edi Nugroho
zoom-inlihat foto Miranda Tak Lupa Bawa Sapu
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Suaray Goeltom usai diperiksa penyidik KPK terkait kasus suap pemilihan dirinya oleh Komisi IX DPR pada tahun 2004, Jumat (1/6/2012). Miranda yang sudah menjadi tersangka, langsung ditahan di Rutan Jakarta Timur cabang KPK.
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA  - Akhirnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengeksekusi terpidana suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Miranda Goeltom. Miranda dipindahkan dari Rutan KPK ke Lapas Tangerang, Rabu (15/5).

Bak pindah rumah ada tiga tas yang terdiri atas dua tas jinjing besar, satu koper hitam serta kotak plastik berisi perlengkapan pribadi yang dibawa Miranda. Uniknya, dia juga membawa sapu dan kain pel yang dilapisi plastik.

Saat keluar dari gerbang rutan, perempuan yang dikenal sebagai salah satu sosialita Indonesia itu langsung menebarkan senyumnya. Rambutnya dicat ungu kemerahan dan mengenakan busana serbahitam. Dia ditemani sang suami, Oloan Siahaan.

“Sebagai warga negara yang taat hukum saya hendak menjalani yang harus saya jalani,” kata Miranda.

Pada kasus suap cek pelawat, Miranda divonis tiga tahun penjara dan denda Rp 100 juta oleh majelis hakim PN Tipikor. Majelis hakim menyatakan Miranda terbukti terlibat penyuapan anggota DPR periode 1999-2004 sebesar Rp 24 miliar. Tujuan suap ini untuk memenangkan Miranda sebagai Deputi Gubernur Senior BI, 2004.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan pemindahan Miranda merupakan eksekusi dari putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap. Awalnya Miranda dipindah ke Rutan Pondok Bambu, Jakarta. Namun, karena sel sudah penuh penghuni, dia dipindah ke Lapas  Tangerang.

Senyum kembali ditebarkan Miranda kepada pers yang mencegatnya di Lapas Tangerang. “Saya sehat. Saya legawa untuk mengikuti semua tahapan. Ikuti saja apa aturannya, pokoknya saya mengikuti,” kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Jakarta.

Daripada memikirkan kasusnya, Miranda mengaku lebih baik mencurahkan perhatiannya untuk menulis buku. “Saya tetap menulis buku, judulnya From Crisis to Crisis,” ucapnya.

Buku tersebut menceritakan kariernya yang menjabat sebagai Deputi Gubernur BI saat krisis moneter 1997, dan selesai saat krisis 2009. Miranda pun berjanji, membagi buku tersebut kepada pers. “Nanti Anda semua saya beri,” kata Miranda yang saat itu menenteng tas warna hitam dan mengenakan sandal jepit warna hijau. (tribunnews/wartakota)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved