Berita Banjarbaru
Wow! Dokter di Banjarbaru Ini Berhari-hari Atasi Kebakaran Lahan
Dokter Dwi Setyohadi rela basah-basah penuh lumpur menghadapi kobaran api untuk ikut memadamkan kebakaran
BANJARMASINPOST.CO.ID - Setelah sempat viral seorang dokter di Indramayu, Jawa Barat, yang menggratiskan biaya berobat pasiennya, di Banjarbaru Kalimantan Selatan juga ada dokter yang tak kalah sosialnya.
Dokter Dwi Setyohadi rela basah-basah penuh lumpur menghadapi kobaran api untuk ikut memadamkan kebakaran yang kerap terjadi di daerah ini.
Padahal selain dokter, dia juga dosen sekaligus Kepala Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM).
Jika sosialnya juga diwujudkan dengan menjadi penanggung jawab Klinik KB Gratis Stikes Husada Borneo Banjarbaru.
Sudah dua tahun ini, Dwi menjadi anggota Emergency Kasturi Team (EKT) Kelurahan Syamsuddin Noor Banjarbaru.
Selain ikut memadamkan kebakaran rumah, dia juga turut aktif memadamkan kebakaran lahan yang sering terjadi di Kecamatan Landasanulin dan Lianganggang, Banjarbaru.
Dwi juga kerap menjadi narasumber pada sosialisasi penanganan korban bencana, kecelakaan dan kebakaran. Sosialisasi dilakukan hingga Kabupaten Banjar, yang berbatasan dengan Banjabaru. “Terakhir kami berikan pemahaman ke Landu dan BPK di Martapura,” ujar warga Jalan Golf Banjarbaru ini, Senin (4/12).
Dwi rupanya juga ingin memberikan sumbangsih kepada tempatnya berpraktik sebagai dokter yakni di Martapura, ibu kota Banjar.
Dalam aktivitasnya sebagai pemadam, terbaru dia terlibat dalam pemadaman api di Jalan Tonhar Gang Gusti Syamsuddin Noor Banjarbaru. Saat itu kebakaran terjadi hingga dini hari. Dwi pun langsung bergerak menuju lokasi dan berjibaku dengan api.
Dwi mengaku tertarik bergabung sukarelawan bencana karena melihat kegigihan mereka. Apalagi tak semua tahu bagaimana menangani korban. “Saya ingin berbagi ilmu dengan para sukarelawan bencana,” ujarnya.
Saat ditanya mengapa tidak aktif di organisasi sosial lain yang berhubungan dengan profesinya seperti di Palang Merah Indonesia (PMI), Dwi menyatakan pemadam kebakaran lebih dekat dengan masyarakat. “Kenapa tidak terjun ke relawan PMI atau yang lain, ya karena pemadam kebakaran lah yang paling saya kenal duluan, dibanding organisasi lain,” terangnya.
Saat pertama kali bergabung menjadi anggota pemadam, dokter yang pernah menjadi ahli medis di RSUD Ulin Banjarmasin ini mengaku sempat bingung ketika terjun ke lapangan.
“Saat itu saya jaga malam pertama di EKT, eh tidak tahunya langsung ada kebakaran, bingung juga harus buat apa karena tidak ada diajarkan apa-apa,” ujar pria kelahiran 1976 ini.
Sementara ini paling sulit bagi Dwi adalah memadamkan kebakaran lahan. Dia sempat harus berhari-hari di lokasi hingga api benar-benar padam.
“Kalau sampai berhari-hari biasanya di tempat praktik saya ada dokter yang menggantikan,” ujarnya.
Dwi pun tak malu terhadap mahasiswanya yang tahu dirinya adalah pemadam kebakaran. Bahkan para dosen di kampus FK ULM tahu dia adalah pemadam kebakaran. Dwi pun kerap mengajak rekannya sesama dosen untuk menjadi pemateri dalam sosialisasi penanganan korban bencana. (rii)
Mau baca berita Banjarmasin Post dan Metro Banjar? klik DI SINI
