Berita Kalteng
Pasien Meninggal Dunia Dalam Perjalanan, Begini Derita Warga Katingan di Musim Kemarau
Harapan warga Menadawai, Katingan Kuala dan sekitarnya untuk mendapatkan akses jalan darat hingga belum terwujud
Penulis: Fathurahman | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, KATINGAN KUALA - Sudah dua bulan ini, warga yang tingga di Katingan Kuala, Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah terisolasi , akibat jalur sungai di Desa Hantipan menuju ke Sampit mengalami pendangkalan, sehingga kelotok tak bisa lewat.
Harapan warga Menadawai, Katingan Kuala dan sekitarnya untuk mendapatkan akses jalan darat hingga, Jumat (10/8/2018) belum juga terwujud, sehingga di saat musim kemarau seperti sekarang ribuan warga yang tinggal di beberapa desa setempat terisolasi.
Kejadian paling parah diceritakan Yusri, warga Katingan Kuala, salah satu warga setempat bernama
Muntamah (50) warga Desa Jaya Makmur, Kecamatan Katingan Kuala Kabupaten Katingan harus menghembuskan napas terakhirnya di sungai hantipan.
Baca: Dukung Jokowi atau Prabowo, Demokrat Gelar Rapat Pagi Ini
Ini, karena upaya mereka untuk membantu pasien tersebut dari Katingan Kuala menuju RS Murjani Sampit, Kotim, Kalteng, terlambat , karena terkendala infrastuktur darat yang belum juga dibagun tembus ke desa mereka, sehingga kesulitan dalam mendapatkan penanganan kesehatan lanjutan ke Sampit, saat musim kering seperti sekarang.
Baca: Prabowo Sebut Sandiaga Uno Sudah Berkorban dan Pilihan Terbaik dari yang Ada
Terlambatnya penanganan berobat pasien tersebut, diakibatkan akses jalan sungai di hantipan, Katingan Kuala, yang surut dan sulit dilalui warga untuk menuju sampit, dan sudah berlangsung selama dua bupan belakangan.
"Ibu naik kelotok ces (perahu kecil muatan 3-4 orang). Karena airnya surut, dan saat masuk sungai hantipan mesinnya rusak, lalu harus menunggu mesin pengganti, tapi setelah mesinnya di perbaiki. Ibu sudah tidak ada lagi (Meninggal), ungkap Imam Ma'ruf saudara kandung almarhumah saat Kamis (9/8/2018).
Baca: Relawan Kalteng Melihat Sendiri Warga Lombok Panik dan Berlarian saat Gempa Susulan 6,2 SR
Menurut Imam, awalnya Saudarinya tersebut berniat berobat ke Sampit. Karena disarankan oleh dokter harus dirujuk ke sampit, kemudian Kamis (9/8/2018) pegi kemarin, berangkat, namun ditengah perjalanan harus terhenti karena sungai hantipan (sungai kecil menuju Sungai Mentaya) makin surut dan sulit dilalui. Akhirnya harus berganti dgn kelotok kecil. Kesulitannya memindah orang sakit dari kelotok itu.
"Kami sadar bahwa semua kejadian itu adalah takdir. Namun harus diperhatikan juga kendala sulitnya akses jalan sungai hantipan yg surut menjadi kendala keterlambatan penanganan orang sakit, yg meskinya perjalanan 4 jam. Namun dgn kondisi surutnya sungai hantipan ini menjadi 5 sampai 6 jam perjalanan," ujar Yusri.
Keterangan, dr. Noni Mariani Tumanggor yang menangani korban meninggal dunia saat dalam perjalanan ingin berobat ke Sampit, menyebutkan, Muntamah di diagnosa terkena Stroke dan harus mendapatkan perawatan lanjutan ke sampit, sehingga akhirnya keluarganya ingin merawatnya di RS Murjani Sampit.
(www.banjarmasinpost.co.id/faturahman)
