Melihat Kehidupan Bule di Banjarmasin
Belum Makan Kalau Tak Makan Nasi, Tapi Bule Malah Sakit Perut Makan Soto Banjar
Banjarmasinpost.co.id bertemu dengan Frauke dan Clara, dua mahasiswi asal Jerman yang sedang mengikuti Program AISEC
Penulis: Noor Masrida | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Di Indonesia ada istilah 'Belum makan kalau tidak makan nasi.' Lalu bagaimana dengan para bule?
Apakah mereka juga punya istilah belum makan kalau bukan makan keju?
Atau ada istilah lainnya?
Banjarmasinpost.co.id bertemu dengan Frauke dan Clara, dua mahasiswi asal Jerman yang sedang mengikuti Program AISEC di Kalimantan Selatan, Sabtu (01/09/2018).
Mereka berdua berbagi pengalaman selama kurang lebih lima minggu berada di kota Banjarmasin termasuk pengalaman tentang makanan yang mereka konsumsi.
Baca: Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Baru Islam 2018, 1 Muharram 1440 H dalam Bahasa Arab dan Latin
Baca: Doa Akhir Tahun Sudah Dibaca, Ini Doa Awal Tahun Baru Islam 2018, 1 Muharram Bahasa Arab & Latin
Baca: Ternyata Kata Ini yang Paling Sering Didengar Orang Asing Selama Tinggal di Banjarmasin
Baca: Daftar Amalan Sunnah Bulan Muharram 1440 Hijriyah, Sambut Tahun Baru Islam 2018
Selama di Banjarmasin, Clara dan Frauke tinggal bersama family hosting atau keluarga asuh yang bersedia menjadi tuan rumah bagi mereka selama masa program.
Clara menyebut, selama di Banjarmasin, makanan favoritnya adalah nasi goreng.
"Nasi goreng adalah makanan favorit sejauh ini. Kadang ibu di keluarga asuhku masak nasi goreng dan mereka juga kadang sering mengajak makan di luar. Tentu saja aku pesan nasi goreng," terang Clara.
Sementara Frauke, dia mengatakan ia banyak makan daging ayam selama tinggal di Banjarmasin.
"Kalau di Jerman aku jarang makan ayam, tapi pas di Banjarmasin ini, aku banyak makan ayam. Kayaknya di semua tempat kamu bisa liat orang jualan ayam, di pinggir jalan, ayam...ayam dan ayam. Satu lagi, orang sini suka banget dengan makanan yang di goreng," jelas Frauke.
Frauke dan Clara.(noor masrida)
Frauke yang tinggal di wilayah Cologne, Jerman itu mengaku tidak terlalu cocok dengan soto Banjar.
"Aku pernah makan soto dan sakit perut. Nggak tahu juga, mungkin karena kuahnya, yang jelas aku kapok," katanya sambil tertawa.
Sementara Clara mengatakan, pertama kali ia berpikir jika makanan Indonesia itu pedas.
