Kisah Masjid Jatuh di HST
Misteri Dibalik Munculnya Panji dan Dibangunnya Masjid Al A’la
Tersimpannya dua panji di rumah H Ja’far Shadiq, pewaris dari generasi ke enam Yuda Lelana, pemuka agama dari Desa Jatuh
Penulis: Hanani | Editor: Rendy Nicko
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Tersimpannya dua panji di rumah H Ja’far Shadiq, pewaris dari generasi ke enam Yuda Lelana, pemuka agama dari Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah, menimbulkan teka teki, bagaimana panji-panji tersebut bisa berada di Desa Jatuh.
Berbagai spekulasi dan cerita pun bermunculan. Mulai dari cerita berbau mistis dan ghaib, hingga yang bisa dicerna akal.
Bahkan sempat beredar luas kalau panji-panji itu jatuh dari langit, pada malam ke 21 Ramadhan, dan ditemukan di tempat dibangunnya masjid, tanah yang tinggi.
Desa yang awalnya bernama Banua Budi, itu pun diubah namanya menjadi Desa Jatuh. Padahal tidak demikian. Namun nama kampung Jatuh itupun digunakan sampai sekarang.
Baca: Viral Video Mesum Mahasiswa UIN, Pihak Kampus Membenarkan
Baca: Rincian Formasi Instansi Favorit Pendaftaran CPNS 2018 via sscn.bkn.go.id, Pemprov Kalsel?
Baca: Gunung Anak Krakatau Meletus 156 Kali, BNPB : Status Waspada dan Radius Aman 2 Kilometer
Cerita dari sumber lain tetuha di desa tersebut menyebutkan, dibawa oleh seorang bernama H Said Muhammad Yusuf, bergelar H Batu dari Martapura, Tanah Banjar.
Dia adalah penasehat kerajaan Banjar, yang pulang dari berhaji membawa dua panji sebagai amanah yang harus disampaikan.
Said M Yusuf diutus seorang syarif di Makkah untuk membawa dua panji tersebut serta sebuah Alquran ke Desa Jatuh (dulu Desa banua Budi).
Menurut cerita versi tetuha lain di desa tersebut, H Said M Yusuflah yang meletakkan panji dan Alquran di kampung tersebut, di atas tanah yang tinggi sesuai pesan dari Makkah.
Baca: Penjelasan Polri Soal Dugaan Aktivis #2019GantiPresiden Ratna Sarumpaet Dipukuli Orang Misterius
Baca: Hore! Pendaftaran CPNS 2018 Diundur, BKN Bagikan Tips Mudah Akses sscn.bkn.go.id
Tanah tinggi itulah yang akhirnya dibanguni masjid yang diberi nama Al A’la (tempat yang tinggi). Diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-17.
Sampai sekarang, masih ada warga yang menganggap, bahwa tanah tempat berdirinya bangunan masjid tersebut seakan makin tinggi, atau bertambah ketinggiannya.

Padahal, tidak demikian faktanya. Ketinggian tanah di bawah bangunan masjid tersebut tetap saja.
Namun, antara pesan melalui panji-panji dan sebuat Alquran yang dikirim melalui Said M Yusuf, diperkirakan memang memiliki keterkaitan historis dengan beridirinya masjid yang kini oleh pemrintah ditetapkan sebagai situs cagar budaya tersebut.
(banjarmasinpost.co.id/hanani)