Berita Banjarmasin
Mahasiswi Ini Dukung PDGI Terhadap BPJS , Ceritakan Proses Jadi Dokter Gigi Tidak Muda
Mahasiswi FKG ULM ini mengatakan di FKG itu ada pendidikan pre-klinik (Sarjana S1) 3,5 tahun terus dilanjutkan pendidikan klinik (koas) dua tahun.
Penulis: Nia Kurniawan | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN – Berkuliah untuk menjadi seorang dokter gigi itu tidak mudah. Seperti yang diceritajan Deisy firda annisa, dia saat ini masuk semester dua di pendidikan klinik (koas).
Mahasiswi FKG ULM ini mengatakan di FKG itu ada pendidikan pre-klinik (Sarjana S1) 3,5 tahun terus dilanjutkan pendidikan klinik (koas) selama dua tahun buat mendapatkan surat ijin praktik dokter. Penuh liku untuk jadi seorang dokter gigi, jangan tanya urusan biaya.
"Banyak banget perjuangan waktu, pikiran, modal. Kuliah di FKG senang, banyak tantangannya karena harus mengumpulkan banyak pasien untuk menyelesaikan checklist koas, tapi harus tetap dinikmati setiap prosesnya, dibawa senang aja," katanya.
Menyimak kabar soal sikap PDGI terhadap BPJS, kontan saja Deisy setuju dengan langkah PDGI.
"Saya setuju sama PDGI, kami selaku pemberi pelayanan kesehatan mengharapkan pemerintah mau mempertimbangkan peningkatan nilai kapitasi, karena tingginya keperluan pelayanan gigi dan mulut masyarakat masih belum sebanding dengan tarif yang diajukan BPJS kepada dokter gigi,," katanya.
Baca: Beda Nasib Vanessa Angel dan Avriellya Shaqila yang Sama-sama Terkait Kasus Prostitusi Online Artis
Menurutnya, sejauh ini yang dia rasakan dalam memberikan pelayanan gigi dan mulut memang memerlukan biaya operasional yang cukup besar karena alat dan bahan yang digunakan di kedokteran gigi sebagian besar perlu diimpor dari luar negeri.
"Kami harap dengan peningkatan nilai kapitasi BPJS dapat mengoptimalkan kinerja pelayanan kesehatan kami dan dapat menyejahterakan semua pihak baik pasien maupun dokter giginya," katanya.
(banjarmasinpost.co.id/niakurniawan)