Pemilu 2019
Perempuan Ini Sudah 4 Kali Pemilu Tukang Angkut Logistik ke Pedalaman HST, Begini Kisahnya
Pendisitribusian logistik pemilu 2019 untuk wilayah terjauh di Hulu Sungai Tengah di Desa Aing Bantai dan Desa Juhu sudah dilakukan sejak Minggu
Penulis: Eka Pertiwi | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Pendisitribusian logistik pemilu 2019 untuk wilayah terjauh di Hulu Sungai Tengah di Desa Aing Bantai dan Desa Juhu sudah dilakukan sejak Minggu (14/4/2019).
Pendistribusian ini dibagi menjadi dua yakni yang menuju Desa Aing Bantai dan Desa Juhu. Meski masih satu kecamatan, dua desa ini melalui jalur yang berbeda.
Untuk menuju Desa Aing Bantai, harus menyeberang melalui jembatan di Desa Hinas Kiri. Sedangkan untuk menuju Desa Juhu harus melewati jalur Desa Kiyu.
Pendistribusiannya tak bisa menggunakan alat transportasi seperti kendaraan roda dua maupun roda empat. Sebab, trayek yang dilalui adalah jalan setapak di pegunungan. Selain itu, jalurnya juga harus melewati sungai dan hutan belantara.
Baca: APK Pemilu Masih Menjamur di Kota Kuala Kapuas, Bawaslu Harus Kerja Keras Lakukan Penertiban
Baca: Dipaksa Golput, Ribuan WNI di Sydney, Australia Tanda Tangani Petisi Minta Pemilu 2019 Diulang
Agar pendistribusian logistik pemilu lancar, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Hulu Sungai Tengah menggunakan jasa porter. Bahkan, jasa satu paket pendistribusian ke Desa Aing Bantai untuk dua Tempat Pemungutan Suara (TPS) dengan 10 kotak suara diperlukan anggaran Rp 5 juta. Anggaran ini untuk pengiriman logistik dan pengantaran logistik hingga ke Kecamatan Batang Alai Timur.
Porter pendistribusian logistik pemilu ke Desa Aing Bantai diantaranya adalah Muhin. Nenek 12 orang cucu ini masih semangat untuk mengangkut logistik pemilu.
Bahkan, barang bawaannya diperkirakan mencapai 15 kilogram. Soal membawa barang ke gunung bukan masalah sulit.
Apalagi, ini bukan kali pertama ia membawa logistik pemilu. Muhin mengaku sudah empat kali menjadi porter untuk mengangkut logistik pemilu.
"Sudah empat kali saya mengangkut ini. Saya membawa ini ke kampung saya di Desa Aing Bantai," bebernya.
Untuk mencapai Aing Bantai, Muhin menempuh waktu seharian perjalanan ke Desa Batu Perahu. Kemudian dilanjutkan keesokan harinya menuju Aing Bantai.
"Di Batu Perahu dulu singgah. Ke sana tak bisa dihitung jam. Perlu waktu dua hati," katanya.
Hal serupa ditimpali Kasin. Bahkan, menurut Kasin warga Aing Bantai sudah terbiasa bolak-balik menuju Hinas Kiri.
Selain itu, distribusi juga dilakukan ke Juhu. Medan ke Desa Juhu adalah yang paling ekstrem. Bukan karena persoalan berjalan kaki untuk menuju Juhu. Namun, tanjakan yang curam membuat siapapun yang mendaki harus berhati-hati.
Bagi warga asli di Desa Juhu, menuju ke sana hanya perlu 12 jam. Jika bukan warga asli sana, bisa memakan waktu lebih lama lagi. Bahkan, ada yang mencapai dua hari.
Porter ke Desa Juhu, Maruit, mengaku untuk ke Juhu harus pagi sekali agar sampai ke sana pada petang hari.
"Intinya jangan sampai kemalaman," jelasnya.
Sementara itu, untuk pengamanan logistik pemilu, Polres HST mengirimkan empat orang personel ke Juhu dan empat personel lagi ke Aing Bantai. (Banjarmasinpost.co.id/Eka Pertiwi)
