Berita Banjarbaru

Sumur Bor Tak Berfungsi, Sayuti Enggok Bantah Jika TRGD Diam dalam Penanganan Karhutla

Setelah dievaluasi ternyata sumur bor yang jumlahnya puluhan di sekitar bandara itu hanya ada dua yang berfungsi.

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
isti Rohayanti
Tim Satgas Karhutla Kabupaten Banjar terus mencoba memadamkan kebakaran lahan yang berlangsung di Tahura, Mandiangin hingga malam. Kebakaran tersebut diperkirakan berlangsung sejak pukul 11.00 wita, Minggu (23/9/2018). 

BANJARMASINPOST.CO.ID,  BANJARBARU –Sepanjang 2018, terjadi 946 kali kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan 727 titik panas (hotspot).

Berdasarkan prediksi BMKG, Mei sudah mulai masuk musim panas atau kemarau, dimana puncaknya akan terjadi di Agustus dan Oktober 2019.

Seperti sebelumnya di mana Lahan yang terbakar rata-rata di lahan Areal Penggunaan Lain (APL) atau lahan tidur non produktif yang diketahui semak belukar.

Termasuk salah satunya di Guntung Damar Banjarbaru yang menjadi langganan Karhutla tiap tahunnya.

Baca: Jatim Open, Perbakin Kalsel Turunkan Atlet Lapis ketiga, Ini Alasannya

Baca: Meski Gagal, Caleg ini Legowo Terima Kekalahan, Kapolres Kotabaru Apresiasi Pemilu Lancar

Baca: Jadwal Buka Puasa Wilayah Jakarta Bogor Bandung & Surabaya Ramadhan 1440 H/ 7 Mei 2019

Oleh Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, diminta untuk kepada pemangku wilayah dan kepentingan di kebakaran hutan dan lahan lahan itu harus dialihkan ke areal produktif.

Tidak itu saja, setelah dievaluasi ternyata sumur bor yang jumlahnya puluhan di sekitar bandara itu hanya ada dua yang berfungsi. Sehingga dinilai masih belum atau kurang memberikan andil untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan karena kebakaran lahan.

Sementara sumur bor tersebut diketahui adalah program dari NGO yang sebelumnya dikerjasamakan dengan Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) untuk pemasangan.

Karena itulah ada muncul seolah oleh TRGD Lepas tangan dan diam jika dikaitkan dengan kebakaran hutan dan lahan.

Kepala BPBD Kalsel, Wahyuddin menjelaskan bahwa untuk seputaran areal bandara menjadi fokus bersama, termasuk di Guntung Damar Banjarbaru.

"Ada rencana yakni dengan mengubah areal tidur itu dengan areal perkebunan. Ya Pak Gubernur mengarahkan demikian, dengan harapan agar kawasan itu dirawat. Jika digunakan kebun maka otomatis akan dirawat oleh si pengelola kebunnya," kata dia.

Dijelaskan Wahyuddin, selain difokuskan ke penanganan Bandara kedepannya, juga ada beberapa strategi penanganan karhutla yakni dengan membentuk satgas.

"Kalau sudah ada dua daerah yang menetapkan Siaga darurat karhutla. Maka Kalsel juga sudah siap statusnya untuk Siaga. Namun saat ini belum ada yang menetapkan. Akan tetapi dilaporkan titik yang rawan tingkat karhutlanya terdapat di lima Kabupaten kota, yakni Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Tapin," kata Wahyuddin.

Adapun dukungan kongkrit pemerintah Provinsi Kalsel untuk mengantisipasi sedini mungkin akan terjadinya Karhutla, Pemerintah melalui Gubernur Kalsel telah dikeluarkan surat edaran kepada Bupati/Walikota se Kalsel terkait antisipasi dan kesiapsiagaan dalam pencegahan dan penanggulangan Karhutla.

Sebagai langkah awal, Gubernur Kalsel, telah membuat surat edaran kepada Bupati/Walikota se Kalsel, tentang antisipasi dan kesiapsiagaan pemda dalam pencegahan dan penanggulangan Karhutla di Kalsel.

Disinggung soal peranan TRGD? Wahyuddin menjelaskan ada perbedaan dan kurang singkron jika berbicara dengan kebakaran hutan dan lahan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved