Ancam Sandera 150 Warga AS
Iklim politik Semenanjung Korea makin panas setelah Korea Utara (Korut) memaklumatkan perang terhadap Korea Selatan

Sejak Perang Korea, 25 Juni 1953 hingga 27 Juli 1953, belum pernah tercapai kesepakatan damai antara dua negara bersaudara tersebut. Yang ada hanya gencatan senjata.
Pada masa itu, Korsel berada dalam satu payung dengan AS dan negara sekutu lain seperti Inggris, Australia dan Kanada. Sebaliknya, Korut dibantu Uni Sovyet dan RRC (Republik Rakyat Cina). Sebelum pecah Perang Korea, dunia saat itu tengah disibukkan oleh perang sekutu melawan Jepang.
“Mulai saat ini, hubungan Utara-Selatan akan memasuki keadaan perang. Semua isu menyangkut Utara dan Selatan akan ditangani dengan kondisi perang itu,” tulis kantor berita Korut KCNA, sebagaimana dikutip Reuters, kemarin.
Bahkan, Jumat (29/3), Jong-un telah menandatangani surat perintah agar pasukannya bersiap menyerang pangkalan militer AS yang didukung Korsel.
“Seluruh pasukan artileri termasuk unit roket strategis dan unit arteleri jarak jauh telah disiapkan di bawah kesiapan tempur kelas A,” tulis komando tertinggi militer Korut yang biasa disebut Korean People’s Army (KPA), seperti dilansir AFP.
Jika kedua negara serumpun ini memutuskan berperang, maka kekuatan sumber daya militer menjadi sangatpenting. Dari data kekuatan militer yang dilaporkan International Institute of Strategic Studies global, Korut pada 2008 menganggarkan belanja militer sebesar 8,2 miliar dolar AS atau 22-24 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara itu.
Sementara, Korsel pada 2012 mengeluarkan sekitar 30,8 miliar dolar AS atau sekitar 2,7 persen dari PDB negara itu untuk militer.
Selain itu, Korsel mendapatkan back-up dari AS yang memiliki senjata nuklir. Tak mau kalah, Korut juga mengklaim memiliki senjata nuklir yang potensial setelah melakukan uji coba untuk kali ketiga pada Februari 2013.
Meskipun diancam diserang, pemerintah Korsel menilainya bukan ancaman serius. Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Korsel menegaskan tidak gentar oleh ancaman yang merupakan kelanjutan ancaman sebelumnya yang provokatif.
Pangkalan AS
Tebaran ancaman perang Korut juga
ditujukan ke AS. Bahkan, negara komunis itu mengaku telah menyiagakan
roketnya untuk membombardir sasaran baru di wilayah AS, Hawaii dan Guam.
“Seluruh pasukan artileri termasuk unit roket strategis dan unit artileri jarak jauh telah disiapkan di bawah kesiapan tempur kelas A. Kami akan menyerang seluruh markas militer AS di wilayah Asia-Pasifik, termasuk di daratan AS, Hawaii dan Guam,” demikian pernyataan (KPA).
Kendati demikian, di sisi lain sejumlah ahli meragukan klaim Korut ini. Menurut mereka, selain keberhasilan dalam uji coba rudal jarak jauh, kemampuan Korut masih sangat jauh untuk menciptakan rudal balistik yang mampu menjangkau antarbenua, terutama yang mampu mencapai wilayah daratan AS.
Sama halnya dengan wilayah Hawaii dan Guam, yang menurut para ahli, berada di luar jangkauan misil jarak menengah.
Kemampuan rudal Korut diperkirakan hanya mampu menjangkau markas militer AS di Korsel dan Jepang.
Pernyataan Korut ini dikeluarkan beberapa saat setelah Presiden Korsel Park Geun-hye mengimbau negera itu meninggalkan program nuklir dan rudalnya. Geun-Hye meminta Korut mengubah haluan militernya seiring semakin meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
“Bagi Korut, satu-satunya jalan untuk tetap bertahan adalah menghentikan provokasi dan ancaman, meninggalkan persenjataan nuklir dan rudal, dan menjadi anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab,” ujar Geun-hye.
Hal tersebut disampaikan Geun-he dalam peringatan 3 tahun tragedi tenggelamnya kapal perang Korsel, Cheonan, beberapa hari lalu. Selama ini, Korsel meyakini kapal tersebut tenggelam karena ditembak oleh kapal selam Korut. Namun Korut selalu menyangkal keterlibatannya dalam insiden yang berimbas pada pembekuan hubungan kedua negara itu.
‘Jawaban’ langsung diberikan Korut. Mereka kerap memublikasikan kesibukan sang pemimpin Jong-un memantau unit-unit militernya. Mulai dari mengawasi latihan arteleri dan pesawat tanpa awak hingga menyampaikan pidato berapi-api soal serangan mematikan terhadap musuh-musuh Korut.
Terakhir, dipublikasikan video propaganda perang berdurasi empat menit berjudul A Short, Three-Day War yang menebarkan ancaman serangan ke Ibu Kota Korsel, Seoul dan menyandera sekitar 150 ribu warga AS di kota itu. Korsel memiliki populasi besar para ekspatriat AS, ditambah dengan 28 ribu tentara AS yang ditempatkan di negeri Ginseng itu.
Awal bulan lalu, Korut juga merilis video yang memperlihatkan New York, AS dalam kobaran api setelah serangan rudal. Sekitar dua minggu kemudian, Korut merilis video yang menunjukkan tentara-tentara AS dan Presiden Barack Obama terbakar dalam kobaran api akibat ledakan nuklir. (rtr/afp/dlm/kps/dtn)
KOREA UTARA
Angkatan
Darat: - pasukan aktif 1,2 juta orang - cadangan paramiliter 5-7,7 juta
orang - tank 4.100 unit - kendaraan pengangkut 2.500 unit - kendaraan
artileri 8.500 unit - roket 5.100 unit - Mortar 7.500 unit - senjata
Pertahanan Udara 11.000 unit
Angkatan Udara: - pesawat tempur 820 unit - helikopter 300 unit
Angkatan Laut: - kapal induk tempur 3 unit - kapal patroli 383 unit - kapal selam 70 unit - overcraft 135 unit - kapal pendaratan 130 unit