Syaiful 7 Tahun Tinggal di Kandang Ayam

Kontras. Di tengah pesatnya pembangunan gedung bertingkat dan perumahan di Banjarmasin, masih ada warga Kota

Editor: Halmien
zoom-inlihat foto Syaiful 7 Tahun Tinggal di Kandang Ayam
net
ilustrasi
BANJARMASIN, BPOST - Kontras. Di tengah pesatnya pembangunan gedung bertingkat dan perumahan di Banjarmasin, masih ada warga Kota Seribu Sungai yang harus tinggal di sebuah bekas kandang ayam.

Syaiful Bahri (56), warga Jalan Brigjen H Hassan Basry Rt 16 Kelurahan Alalak Utara Kecamatan Banjarmasin Utara, tinggal sendiri di bekas kandang ayam yang berada di dalam sebuah gang tepat di depan Mapolsekta Banjarmasin Utara.

Saat ditemui di ‘rumahnya’, Syaiful baru saja pulang dari memasang lukah (jebakan ikan) di sungai yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya. “Ulun hanyar aja mencari iwak gasan makan hari ini,” kata pria kelahiran Banjarmasin ini.

Dia mengaku sudah sekitar tujuh tahun tinggal di bekas kandang ayam milik seorang warga. Di tempat itu, masih terlihat tempat makanan ayam. “Alhamdulillah yang punya kandang mengizinkan. Ya daripada ulun kadada tempat tinggal, lebih baik ulun tinggal di sini,” ujar mantan penjaga malam di beberapa kompleks perumahan di Banjarmasin ini.

Untuk mencapai tempat tinggalnya, Syaiful harus melewati jalan becek yang diberi potongan kayu galam sepanjang 500 meter dari mulut gang. Letak bangunan reot itu di tanah kosong yang jauh dari rumah warga sekitar.

Bila dilihat secara sepintas dari kejauhan, bangunan itu tidak tampak. Itu karena kandang itu ditutupi tanaman liar.

Bekas kandang berukuran 7x3 meter persegi itu juga sudah mulai rapuh. Dindingnya yang terbuat dari susunan bambu sudah banyak dimakan rayap. Sementara atapnya yang dibuat dari rumbia banyak berlubang. Bahkan sebagian dinding dan atapnya sudah ditumbuhi tanaman liar.

“Kalau angin kencang terasa banar dinginnya. Amun hujan tempias berataan serumahan,” tutur Syaiful.

Lantainya yang berfondasi panggung juga sudah mulai keropos. “Hati-hati, lantainya banyak yang lapuk” ujarnya.

Bangunan itu dibagi dua oleh Syaiful. Bagian depan digunakan untuk tempat tidur. Di sana hanya terhampar sebuah selimut dan tergantung sebuah kelambu yang melindunginya dari dingin dan serangan nyamuk.

Sedang bagian belakang digunakannya sebagai dapur. Ada satu tungku kecil dan beberapa potong kayu bakar. Ada pula sebuah wajan, panci dan ceret. Semua tampak usang karena sudah bertahun-tahun digunakan Syaiful. Selain itu terdapat barang bekas seperti ember, plastik dan sampah yang berserakan.

Syaiful menuturkan hidup sendiri setelah berpisah dari istri dan seorang anaknya pada 1998. Ketika itu mereka menyewa rumah di Jalan Dahlia. Sedang saudaranya kini tinggal di Muarateweh, Kalteng.

Untuk menyambung hidup, dia kadang memancing atau memasang lukah. Syaiful juga kerap menerima bantuan dari sejumlah orang yang kebetulan mengetahui keberadaannya.

“Beras ini diberi oleh orang yang sering memancing di sekitar rumah ini,” katanya.

Syaiful mengaku belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Termasuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin). Bahkan dia mengaku baru 2012 memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).

“Itu juga dibantu para pemancing di sini. Mereka yang membuatkan KTP dan KK di kelurahan” kata Syaiful yang menyimpan kartu anggota Kerukunan Keluarga Bakumpai dengan nomor 243. (hh)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved