Evan Berhak Bela Merah-Putih
Kecemasan didiskualifikasinya Timnas Indonesia U-19 sebagai juara grup G babak kualifikasi Piala Asia
Editor:
Halmien
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Pemain Indonesia berpose sebelum pertandingan melawan Laos pada kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (8/10/2013).
JAKARTA, BPOST - Kecemasan didiskualifikasinya Timnas Indonesia U-19 sebagai juara grup G babak kualifikasi Piala Asia, menyeruak.
Juara dua, timnas Korsel dikabarkan akan mempermasalahkan status Kapten Timnas Indonesia, Evan Dimas Darmono, ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Menyikapi itu, salah seorang tokoh sepak bola nasional, Tondo Widodo, menyerukan masyarakat sepak bola Indonesia tidak perlu terlalu khawatir. Dia menegaskan, protes Korsel bisa dilawan dengan argumen bahwa seluruh warga negara berhak membela timnas, terlepas statusnya sebagai pemain amatir atau profesional.
Memang, dasar upaya penjegalan yang dilakukan Korsel adalah status Evan. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menyatakan pemain berusia 18 tahun itu masih berstatus pemain amatir. Pasalnya, dia bermain di klub Persebaya 1927 yang tidak diakui PSSI.
“Apa pun itu, setiap warga negara berhak memperkuat timnas, meski dia berstatus amatir atau profesional,” tegas Tondo, kemarin.
Pengurus di era PSSI dipimpin Agum Gumelar itu juga mengatakan meskipun tidak diakui PSSI, Persebaya 1927 adalah salah satu klub peserta Liga Primer Indonesia (LPI) yang diakui baik oleh AFC maupun FIFA (Federasi Sepak Bola Dunia).
“Yang bikin masalah itu ya PSSI, selalu menggembar-gemborkan keputusannya yang tak mengakui Persebaya 1927. Lewat pemberitaan yang luas, jelas masalaah ini terbaca oleh kubu Korsel, juga Filipina (peserta lain di grup G, bersama Laos),” ucap Tondo.
Terlepas dari sikap PSSI yang dinilai justru membikin blunder, Tondo kembali meminta masyarakat tidak terlalu cemas.
“Kita memiliki argumen kuat, bahwa setiap warga negara berhak memperkuat tim nasionalnya. Kecuali Evan itu bukan warga negara Indonesia, boleh saja diprotes dan dinyatakan pemain ilegal. Timnas U-19 tidak menggunakan pemain ilegal kok,” tegas dia.
Menpora Roy Suryo mengatakan hal senada. Dia mengatakan pemain timnas tidak memandang statusnya. Bahkan, pemain yang tidak memiliki klub juga bisa memperkuat timnas jika memenuhi kreteria.
“Tanpa klub pun kalau dia warga negara Indonesia, wajib hukumnya membela timnas, kalau yang bersangkutan bersedia. Jadi intinya, jangan terus dibalik seolah-olah Evan itu ilegal. Memang status Evan masih amatir, tetapi dia berhak membela timnas,” ujarnya.
Bagaimana reaksi Evan? Dia tidak memedulikan permasalahan statusnya. Bagi dia yang terpenting bisa membela Merah Putih. Namun, beredar kabar dia bakal hengkang dari Persebaya 1927 ke Persebaya yang diakui PSSI.
Indikasi kepindahan Evan terlihat pada Jumat (18/10) saat ia menemui Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror di Surabaya. Di Persebaya, Dhimam menjabat direktur olahraga klub. Saat dicegat pers, Evan mengaku belum memutuskan masa depannya karena masih berkonsentrasi membela Timnas U-19 di putaran final Piala Asia U-19 di Myanmar, tahun depan.
“Saya ingin konsentrasi di timnas dulu, menyelesaikan tugas hingga Piala Asia 2014. Saya dan teman-teman harus melakukan persiapan lebih maksimal lagi,” ujarnya.
Saat dihubungi, Deputi Bidang Organisasi PSSI Tigor Shalom Boboy mengatakan, untuk bisa mendapat status pemain profesional, satu-satunya jalan Evan harus hengkang dari Persebaya 1927.
“PSSI tidak mempersulit pemain. Untuk Evan memang dia sebaiknya bermain di klub lain untuk bisa mendapatkan status pemain profesional,” ujarnya.
Sikap keras PSSI itu disesalkan CEO PT Persebaya Indonesia –yang membawahi Persebaya 1927– Cholid Gomorah. Dia mengatakan ada rencana untuk mempermasalahkan sikap PSSI itu jalur hukum. “Evan terikat kontrak dengan Persebaya 1927. Dia juga lahir di klub binaan kami,” tegas dia.
Sikap itu didukung Direktur Utama PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) Widjajanto. Dia mengungkapkan PSSI tidak mengakui Persebaya 1927 dan Arema IPL karena memiliki ‘kembaran’ di ISL (Indonesia Super League).
”Kami sangat menyayangkan sikap PSSI yang tidak mengakui status Persebaya 1927 dan Arema. Kami akan berusaha untuk membantu tim-tim tersebut dengan menyediakan tim asistensi yang akan membantu dalam proses hukum,” kata Widjajanto.
Dia mengatakan mendukung langkah PSSI menyatukan liga. Namun, akan lebih baik jika unifikasi itu tidak merugikan beberapa pihak. ”Kita harus melihat peserta kompetisi. Merekalah yang harus diselamatkan. PSSI harus lebih bijak karena mereka punya jasa bagi timnas,” ujarnya. (tribunnews/oro/tem)
Story Highlights
- Korsel dikabarkan akan protes ke AFC
- Mengajak Filipina dan Laos ikut protes
- Permasalahkan status amatir Evan Dimas
- Evan bermain di Persebaya 1927
- Klub itu tidak diakui PSSI
- Agar berstatus profesional, Evan harus pindah klub
- Persebaya 1927 ancam gugat PSSI
