Lebih Enak dari Hewan Liar
LUWAK menjadi salah satu hewan yang cukup populer dan paling dicari, baik di Indonesia maupun di sejumlah negara lain.
BANJARMASINPOST.CO.ID, LUWAK menjadi salah satu hewan yang cukup populer dan paling dicari, baik di Indonesia maupun di sejumlah negara lain. Bukan karena bentuknya yang unik atau keberadaannya yang langka, melainkan karena kemampuannya mengubah kopi menjadi berharga.
Tidaklah mengherankan jika pengusaha yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia berlomba-lomba untuk beternak luwak. Hewan ini berguna untuk membuat kopi luwak, yang harganya sangat menggiurkan.
Biasanya, luwak tersebut ditangkap atau dibeli dari tangan para pemburu. Luwak yang sudah ditangkap tersebut dimasukkan ke kandang khusus, dan diberikan makanan berupa biji kopi pilihan. Kopi yang berasal dari kotoran luwak tersebutlah yang nantinya diolah menjadi kopi yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan jenis kopi lainnya.
Namun, tidak demikian di Kabupaten Kerinci, Jambi. Bahan bakunya tidak diambil dari kotoran luwak yang ada di kandang ataupun dari peternakan luwak.
Asalnya dari kopi kotoran luwak liar di hutan. Inilah yang diyakini membuat rasa dan aroma kopinya lebih enak.
“Luwak liar hanya akan memakan kopi yang benar-benar sudah matang dan bagus sehingga kopinya lebih enak dan berkualitas,” ujar seorang pembuat kopi luwak, Nini, kemarin.
Menurut dia, menggunakan kopi dari luwak ternak, prosesnya kurang maksimal. Pasalnya, luwak yang sudah kenyang, tetapi tetap dipaksa makan sehingga pencernaannya tidak bagus. Imbasnya kopi yang dihasilkannya tidak sempurna.Memang, butuh waktu lama untuk membuat kopi luwak yang enak dan kebersihannya terjamin. Proses pencuciannya saja harus diulang tujuh kali dengan menggunakan air mengalir.
“Setelah kopi kotoran luwak tersebut dicuci bersih, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari. Setelah itu baru disangrai kemudian digiling halus. Semua prosestersebut harus dilakukan secara hati-hati dan menggunakan cara khusus,” ucap Nini.
Dalam satu bulan, Nini mengaku hanya memproduksi 1.000 bungkus kopi luwak. Minimnya produksi tersebut karena minimnya bahan baku.
“Kami mengutamakan kualitas. Tidak akan membeli jika luwaknya bukan luwak liar,” kata dia.