Mahasiswa Terpaksa Jualan Baju
Tidak jua kunjung diterima. Alhasil, tidak sedikit mahasiswa yang terpaksa nyambi kerja untuk menutupi kebutuhan kuliah.
BANJARMASIN, BPOST - Gelisah. Itulah yang kini menggelayuti ratusan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat dan Poliban serta IAIN Antasari. Beasiswa sebagai penunjang kegiatan akademis, tidak jua kunjung diterima. Alhasil, tidak sedikit mahasiswa yang terpaksa nyambi kerja untuk menutupi kebutuhan kuliah.
Para pejabat di Rektorat dan pimpinan Poliban tak urung ikut bingung belum cairnya dana beasiswa program Bidikmisi, PPA dan BBM dari Dikti. “Beasiswa dikelola Dikti. Kita sudah cek, Dikti belum mentransfer ke rekening mahasiswa,” kata Jumadi, PR II bidang Keuangan dan Kepegawaian Unlam, Kamis (19/12).
Devi Nurhidayati, mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi 2011, terpaksa harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliah dengan menyambi kerja. “Saya mengajar di salah satu tempat les privat,” aku mahasiswa akuntansi semester 5 itu.
Pekerjaan itu sudah dilakoni Devi sejak semester tiga lantaran beasiswa dari pemerintah kerap macet. “Kalau macet, sudah biasa. Gak pernah tepak waktu,” cetusnya.
Dari kerja nyambi mengajar, Devi mendapat tambahan biaya berkisar Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu per bulan. Menurut dia, uang tambahan itu cukup untuk menutupi kebutuhan kuliah dan keperluan sehari-hari.
Rekan-rekannya pun terpaksa mencari tambahan biaya melalui berbagai cara. “Ada yang minta subsidi dari orangtua, ada yang menjual pulsa,” imbuh Devi.
Informasi yang diperolehnya, pencairan beasiswa Bidikmisi dialihkan ke sistem baru dimana dibayar sekaligus enam bulan sekali. Sebelumnya, pencairan per tiga bulan sekali. “Itu pun kadang telat, dan baru diberikan di bulan keempat,” urainya.
Dia berharap dana beasiswa jangan sampai telat terus. “Apalagi mahasiswa semester akhir seperti saya dan teman-teman sangat memerlukannya,” harap Devi.
Sedangkan, Yusri mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi 2011 untuk bayar kos dan kebutuhan sehari-hari, menyambi menjadi trainer. Dari aktivitas di luar kampus itu, m,ahasiswa semester 5 jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum ini mengaku memperoleh tambahan dana Rp 200-300 ribu.
“Jumlah itu pun tidak tentu,” tutur Yusri yang mengaku tidak mau minta subsidi dari orangtua.
Hal yang sama juga dilakukan Sanah Filya, mahasiswa Poliban, yang terpaksa berdagang pakaian secara online guna memperoleh tambahan biaya kuliah. Penerima beasiswa Bidikmisi 2013 ini mengaku dari hasil berdagang baju masih belum mencukupi. Jika sudah demikia, dia terpaksa minta bantuan dana dari orangtua.
Belum Turun
Darwani, Direktur Poliban mengatakan, penyaluran beasiswa langsung dilakukan oleh Dikti dengan mentransfer dana ke rekening mahasiswa. Perguruan tinggi hanya sebatas pengusulan dan pengelolaan administrasi.
“Kita sudah berkali-kali menyurati dikti, dan berulang kita usulkan kembali. Karena situasi itu kita pun dibuat sibuk,” sergahnya.
Menurut Masnuna Wati, Kabag Akademik Poliban, penyaluran beasiswa yang terganggu di antaranya beasiswa prestasi akademik (PPA) dan Bidikmisi.