Sebaran Elpiji Makin Bocor

Masih ada lima kabupaten di Kalsel yang belum melaksanakan program konversi minyak tanah ke elipiji.

Editor: Ahmad Rizky Abdul Gani

Sehari Habis

Benarkah pasokan untuk daerah-daerah itu mayoritas dari Banjarmasin? Informasi yang diperoleh koran ini dari sejumlah pengecer, yang ‘melarikan’ jatah Banjarmasin ke daerah lain tidak hanya agen, juga ada pangkalan.

Mereka melakukan itu karena keuntungan yang lebih tinggi dibanding menjual ke pengecer atau pengguna di Banjarmasin.

Salah seorang staf PT Abadi Gunung Raya –salah seorang agen yang melayani 70 pangkalan– Fatimah menegaskan ‘melarikan’ jatah elpiji di Banjarmasin untuk daerah lain, sulit dilakukan. Dia justru mengaku heran hal itu bisa terjadi.

“Sejak dari tempat pengisian, truk pengangkut sudah digiring oleh Pertamina ke tempat kami, kemudian didistribusikan ke pangkalan. Selain itu, kepada setiap pangkalan, kami juga menggunakan kitiran atau jadwal, sehingga mereka bisa tahu kapan dan jumlah yang harus kami distribusikan. Kalau tidak sesuai, mereka bisa melaporkan kepada Pertamina. Pertamina juga memiliki kitiran tersebut,” kata dia.

Fatimah justru mengaku heran terhadap pangkalan. Pasalnya, meskipun pasokan ditambah –sesuai instruksi Pertamina– selalu cepat habis dalam waktu singkat. “Kami heran ke mana larinya. Sehari langsung habis di pangkalan,” ucapnya.

Pemilik salah satu pangkalan di kawasan Jalan S Parman mengungkapkan pasokan dari agen sering terlambat akhir-akhir ini. Padahal jumlah pembeli elpiji 3 kg terus bertambah.

“Sekali datang, kami dipasok 100 tabung. Tidak sampai satu hari langsung ludes. Padahal hanya menjual ke warga sekitar,” kata pemilik yang enggan disebutkan identitasnya ini.

Sementara pemilik pangkalan di Jalan Rantauan Darat Pekauman. H Riduan Syarwani menegaskan setiap 2 hari sekali dipasok 200 tabung elpiji 3 kilogram.

“Kami jual sesuai HET (harga eceran terendah) Rp 15.500. Ya biasanya dibulatkan Rp 16.000. Pembelinya dari wilayah sekitar sini saja. Tidak sampai sehari sudah habis,” katanya.

Saat dihubungi, Asisten II Bidang Ekonomi Pemko Banjarmasin M Amin mengatakan sejak 2010 hingga 2013, kuota elpiji 3 kg belum bertambah, sementara penggunanya makin banyak.

“Angka pastinya saya tidak hafal. Memang ada indikasi merembes ke kabupaten tetangga yang belum ada konversi. Seharusnya sudah ada penambahan kuota dan wilayah konversi, agar perembesan tidak terjadi,” tegasnya.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved