Terduga Teroris Survei THM
Target: Pospol dan Dolly!
Personel Densus 88 Antiteror kembali menangkap dua terduga teroris di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kedungcowek, Surabaya, Jatim
SURABAYA, BPOST - Personel Densus 88 Antiteror kembali menangkap dua terduga teroris di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kedungcowek, Surabaya, Jatim, Senin (21/1) malam. Berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya, penangkapan itu tidak disertai letusan senjara api meskipun salah seorang di antara mereka membawa ransel berisi bom siap ledak.
Dua terduga itu bernama Abdul Majid dan Isnaini Ramdhoni. Usai penangkapan, mereka dibawa ke rumah Majid di kawasan Kenjeran. Dari barang bukti-barang bukti yang disita dari rumah itu –termasuk bom paku dalam pipa-- dua orang yang diduga anggota kelompok Santoso di Poso tersebut telah melakukan survei di kawasan hiburan malam di Surabaya, termasuk lokalisasi Dolly, serta pos polisi (pospol).
Pospol yang telah disurvei antara lain Jalan Keputih serta Jalan Jakarta. Sementara tempat hiburan malam (THM) antara lain Deluxe, Colors, dan Galaxy. Survei dilakukan setelah Ramdhoni datang dari Poso. “Dia ke Surabaya untuk merencanakan pengeboman,” kata Jubir Polda Jatim, Kombes Awi Setiyono, Selasa (21/1).
Penangkapan Majid menggemparkan warga kawasan Kenjeran. Mereka tidak menyangka Majid yang alim, terlibat dalam kelompok teroris. “Saya sangat terkejut, ternyata di kampung ini ada yang jadi teroris,” kata ketua RT setempat, Bai Setiaji.
Seorang warga, Musyarofah juga mengatakan Majid adalah sosok yang santun. “Dia baik, menyapa jika bertemu warga di sini. Setahu saya ia menjual telur puyuh dan tahu, di warung-warung. Penampilan dia biasa saja seperti warga lain,” kata dia.
Sementara kakak ipar Majid, Latifah mengaku tidak mengetahui aktivitas pria itu selain berjualan. Latifah yang bersama suami dan anaknya tinggal di rumah itu juga mengatakan tidak mengetahui adanya bom di dalam rumah.
“Saya jarang bertemu Majid, karena berangkat kerja pagi. Ia tidak ada di rumah kalau saya datang,” katanya.
Lantas siapa Ramdhoni? Dia juga warga Jatim. Sebelum diringkus, dia sempat pulang kee rumah ibunya di kawasan Kebonsari Kulon, Kanigaran, Probolinggo. “Tiga hari lalu dia sempat pulang. Di sini dia mencari cumi-cumi,” kata seorang tetangga, Diah.
Sejak menikah Ramdhoni tidak tinggal bersama ibunya. Sementara ayah dia, sudah meninggal setahun lalu. Ramdhoni, istri dan dua anaknya tinggal di Desa Wiromborang, Mayangan, Pasuruan. Namun, dia sering keluar kota, terakhir diduga ke Poso.
“Rumahnya sudah digeledah polisi. Istri dan dua anaknya pergi dijemput ibunya Ramdhoni naik sepeda motor,” ucapnya.
Sementara mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI), Ali Fauzi memastikan Majid dan Ramdhoni tidak ada kaitannya dengan kelompok lama.
“Kalau kelompok lama saya tahu dari kemasan bom yang dibuat. Tidak ada yang membuat bom menggunakan pipa,”tegas Al.
Sebelum merakit bom, kelompok lama mempunyai perhitungan cukup kuat, utamanya jangkauan dan akibatnya. Untuk menghancurkan satu titik sasaran sudah dihitung berat bahan, semisal TNT, yang dibutuhkan.
“Kalau ini serampangan dan masuk kategori bom kere (miskin) karena ketidakmampuan teknologi,” tegasnya.
Ali menduga, kedua orang itu kelompok dengan terduga teroris yang tertangkap di Tasikmalaya dan Tengerang. Secara idelogi mereka dipengaruhi oleh situasi global dan sasarannya polisi. (surya/tribunnews)