Caleg Petahana Lebih Diuntungkan
Tukang bolos, tidur di ruang rapat saat membahas nasib rakyat, kinerja rendah dan korupsi.
Penulis: Restudia | Editor: Ahmad Rizky Abdul Gani
BANJARMASINPOST.CO.ID,BANJARMASIN - Tukang bolos, tidur di ruang rapat saat membahas nasib rakyat, kinerja rendah dan korupsi. Itulah cap yang disematkan rakyat kepada para wakilnya yang duduk di DPRD. Citra Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) periode 2009-2014 di mata rakyat memang buruk.
Belum lagi tingkat kehadiran anggota DPR dalam setiap rapat, terutama rapat paripurna yang rendah dan berkali-kali menjadi sorotan media massa. Tetapi kenyataannya, dari 55 anggota DPRD Kalsel yang ada sekarang ini lebih 80 persen kembali mencalonkan diri dalam perebutan kursi DPRD Kalsel.
Bahkan mereka menempati nomor urut 1 dan 2 hingga 4. Hanya sedikit yang mendapat nomor sepatu. Melihat komposisi tersebut, kemungkinan besar wajah DPRD periode 2014-2019 tidak jauh berbeda dengan saat ini.
Pasalnya caleg petahana memiliki peluang lebih besar untuk masuk kembali ke parlemen. Belum lagi modal jaringan yang sudah mereka miliki.
Karena sebagai anggota DPRD, mereka kerap mengunjungi konstituen di daerah pemilihan. Minimal mereka turun ke daerah pemilihan sebanyak empat kali dalam setahun.
Wakil Ketua komisi II DPRD Kalsel, Hermansyah yang kembali mencaleg mengatakan istilah petahana atau incumbent berarti sudah memiliki pengalaman, mengetahui apa yang dikerjakannya sebagai anggota dewan. Caleg petahana tidak mungkin menjanjikan nilai satu suara dengan rupiah.
Petahana akan menjual program, yang dilaksanakan bersama-sama pemerintah provinsi. Bagaimana APBD Rp 7 triliun diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat. Tujuan perjuangan di dewan, adalah agar dana yang ada tersalur dengan merata.
Melalui program, perbaikan jalan rusak, masjid, langgar, bukan dari dana pribadi yang berarti korupsi. Bila dikatakan memiliki jaringan, politisi PDI Perjuangan ini mengatakan semua bergantung pada masing-masing caleg.
Apakah caleg petahana benar-benar duduk dan mewakili aspirasi rakyat dan menyampaikannya kembali atau hanya menemui ketika menjelang pemilu saja.
"Caleg lama punya pengalaman, menjual program. Bagaimana APBD bisa digunakan untuk program yang menjadi aspirasi warga," katanya, Senin (10/2).