Nyaris Perang karena Mitos Orang Berekor

Dia pernah melakukan perjalanan ke pedalaman Kaltim dan Kalsel selama enam bulan.

Editor: Ahmad Rizky Abdul Gani
Wikimedia Commons/Tropenmuseum
Pendeta perempuan dari Dayak Tring yang menunjukkan rajah di sekujur pahanya. Telinganya memanjang karena berbandul logam. Litografi ini berdasar karya lukis Carl Bock antara 1879-1880. Perempuan ini berkata kepada Bock bahwa selain telapak tangan, otak dan daging lutut merupakan hidangan terlezat bagi sukunya. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - “PADA Minggu, 20 Juli 1879, saya memulai perjalanan dari Samarinda dengan dua perahu ke Tangaroeng (Tenggarong). Jaraknya sekitar 30 mil perjalanan lewat sungai,” tulis  seorang lelaki muda di buku catatannya.

Pria itu Carl Alfred Bock, seorang naturalis dan pelancong kelahiran Kopenhagen, Denmark. Meskipun lahir di Denmark, Bock mengikuti kewarganegaraan orangtuanya, Norwegia. Dia pernah melakukan perjalanan ke pedalaman Kaltim dan Kalsel selama enam bulan. Ketika itu usianya masih 30 tahun.

Misinya di Kalimantan merupakan perintah  Gubernur Jenderal Johan van Lansberge untuk melaporkan keberadaan suku Dayak dan menghimpun spesimen sejarah alam untuk beberapa museum di Belanda.

Hasil penjelajahan dia di Samarinda-Tenggarong-Banjarmasin dan pedalaman Kalimantan, dituangkan dalam budul berjudul The Head Hunters of Borneo yang terbit pada 1881, lengkap dengan 37 litografi dan ilustrasi.

Berita selengkapnya silakan simak Banjarmasin Post edisi cetak Minggu (2/3/2014)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved