SPSI Desak Pemda Lebih Peka
Tidak Lagi Terima Bonus
Pendapatan tambahan seperti bonus dan uang lembur, sudah beberapa bulan ini tidak diterimanya lagi.
Penulis: Nia Kurniawan | Editor: Halmien
BANJARMASIN, BPOST - Bisnis batubara di Kalsel masih lesu. Bagi perusahaan yang masih bertahan, terpaksa terus melakukan efisiensi biaya untuk menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK). Karyawan pun harus rela pendapatannya berkurang.
Seperti pengakuan Cecep. Konsultan geologis pertambangan di suatu perusahaan yang beroperasi di Sungai Danau, Tanahbumbu ini mengatakan banyak pemangkasan biaya yang terjadi. Pendapatan tambahan seperti bonus dan uang lembur, sudah beberapa bulan ini tidak diterimanya lagi.
“Bahkan selama empat bulan terakhir ini cuma terima gaji murni (take home pay). Padahal saat belum lesu bisa mendapat Rp 9 juta tiap bulan,” kata dia, kemarin.
Untuk menyiasati berkurangnya pendapatan, Cecep mengaku melakukan penghematan dalam pengeluaran keluarga. “Ya harus pintar-pintar menyesuaikan. Kondisi ini sudah terjadi selama enam bulan ini. Saat ini, perusahaan cuma melayani pesanan lokal. Tidak ada ekspor lagi,” ucap Cecep.
Kepala perwakilan Bank Indonesia (BI) Banjarmasin, Harymurthy Gunawan, beberapa waktu lalu menyatakan lesunya bisnis batubara lokal terpengaruh oleh kondisi serupa di tingkat dunia. Harga pasaran batubara saat ini antara 50 dolar hingga 70 dolar AS per metrik ton. Padahal, sebelumnya mencapai 150 dolar AS per metrik ton.
Selengkapnya baca Banjarmasin Post edisi cetak, Senin (19/1/2015) atau klik http://epaper.banjarmasinpost.co.id