Waspada! Terapi Listrik ke Otak Bisa Bikin Idiot

Malah, tulisnya, pengobatan itu sebenarnya memiliki efek yang merugikan yang signifikan secara statistik pada nilai intelligence quotient (IQ) penggun

Editor: Yamani Ramlan
Dailymail
Ilustrasi Transcranial Direct Stimulation (tDCS). 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Hasil penelitian memeringatkan, terapi kejut listrik di kepala yang dipercaya mampu meningkatkan kekuatan otak malah bisa membuat idiot.

Peringatkan itu disampaikan Flavio Frohlich dari University of North Carolina di Chapel Hill. Dalam jurnal Behavioural Brain Research, dia menuliskan memberi kejutan listrik kecil di kepala yang dikenal sebagai Transcranial Direct Stimulation (tDCS) , tidak pernah benar-benar bekerja.

Malah, tulisnya, pengobatan itu sebenarnya memiliki efek yang merugikan yang signifikan secara statistik pada nilai intelligence quotient (IQ) penggunanya.

Flavio Frohlich menambah, peningkatan jumlah literatur menunjukkan bahwa transkranial langsung saat hasil stimulasi tDCS telah dicampur ketika datang ke peningkatan kognitif.

"Ini akan menjadi indah jika kita bisa menggunakan tDCS untuk meningkatkan kognisi, karena kita berpotensi bisa menggunakannya untuk mengobati gangguan kognitif di penyakit kejiwaan," kata Flavio Frohlich, seperti dirilis Dailymail, Rabu (6/5/2015).

"Jadi, penelitian ini adalah berita buruk. Namun temuan ini masuk akal. Ini berarti bahwa beberapa hal yang paling canggih otak dapat lakukan, dalam hal kognisi, bisa tidak harus diubah hanya dengan arus listrik konstan,” lanjutnya.

Flavio Frohlich juga mengatakan, menggunaan kejut listrik untuk menstimulasi otak seperti TAC malah bisa menjadi pendekatan yang lebih baik, berdasar salah satu yang ia telah selidiki.

Awal tahun ini, laboratorium Flavio Frohlich menemukan, TAC secara signifikan meningkatkan kreativitas, mungkin karena dia menggunakannya untuk menargetkan alami osilasi alpha listrik otak, yang telah terlibat dalam pemikiran kreatif.

Dengan tDCS, para ilmuwan tidak menargetkan gelombang otak ini, yang merupakan pola neuron komunikasi di seluruh daerah otak. Sebaliknya, mereka menggunakan tDCS untuk menargetkan struktur otak, daerah tertentu seperti korteks.

“Semua struktur otak kita terlihat kurang lebih sama, tetapi alasan mengapa kita semua begitu berbeda adalah bahwa kegiatan otak listrik di otak kita sangat berbeda. Kita harus lebih memahami ini dan menargetkan pola aktivitas otak yang spesifik,” jelas Flavio Frohlich.

Menggunakan arus listrik lemah untuk meningkatkan kemampuan alami otak telah dilakukan selama beberapa dekade, tetapi booming saat ini dalam komunitas ilmu dimulai pada tahun 2000, ketika ilmuwan Jerman menerbitkan sebuah makalah yang menunjukkan bahwa tDCS bisa mengubah rangsangan neuron di motor cortex wilayah otak yang mengontrol gerakan tubuh.

Sejak itu, telah ada ledakan studi tDCS untuk mencoba membuat neuron lebih aktif atau kurang aktif, dan karena itu mengubah hasil untuk berbagai fungsi otak, seperti memori kerja dan ketajaman kognitif, dan untuk penyakit, seperti depresi dan skizofrenia.

Tapi Flavio Frohlich mengatakan, para ilmuwan masih tidak tahu persis apa yang saat ini langsung saat kejutan listrik dilakukan pada aktivitas saraf.

Flavio Frohlich mengatakan, penelitian terhadap 40 orang dewasa saat menjalani tes yang mereka lakukan, ditemukan peserta yang tidak menerima tDCS terjadi peningkatan skor IQ mereka sepuluh poin, sedangkan peserta yang menerima tDCS rata-rata hanya meningkat enam poin.

Frohlich menekankan bahwa masyarakat ilmiah harus berhati-hati untuk tidak membuat alur cerita sederhana tentang tDCS menjadi 'pil ajaib' untuk berbagai kondisi otak yang terkait.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved