Ziarah ke Makam Datu Jamaluddin atau Syeh Surgi Mufti
Lokasi makamnya ada di Jalan Masjid Jami, Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin
Penulis: Yayu Fathilal | Editor: Ratino Taufik
BANJARMASINPOST.CO.ID - memiliki banyak tempat sebagai lokasi wisata religi. Di antaranya adalah makam para ulama seperti Syeh Surgi Mufti atau KH Jamaluddin bin H Jaleha bin Datu Mufti Ahmad atau Pangeran Mufti Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad Albanjari.
Lokasi makamnya ada di Jalan Masjid Jami, Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Makam ini tiap hari selalu dikunjungi para peziarah. Di antaranya adalah Ihsan yang tampak khusyuk membaca Surah Yasin di sana.
Dia sengaja datang kemari tak sekadar berziarah. Dia memiliki suatu hajat. "Syeh Surgi Mufti ini kan ulama terkenal juga di masanya. Saya mendoakan beliau. Ada hajat juga. Semoga apa yang saya hajatkan dikabulkan Allah dengan turut mendoakan wali Allah seperti Syeh Surgi Mufti ini," ujar pria berambut lurus ini.
Makam ini berkelambu dan dilapisi kain kuning. Di samping kanan makam Syeh Surgi Mufti ada dua makam yang berukuran lebih kecil sementara di samping kirinya ada satu lagi makam. Makam ini berada di dalam bangunan berupa kubah, letaknya di halaman sebuah rumah tradisional Banjar. Di dalam rumah ini bak museum mini yang bisa dikunjungi peziarah. Di dindingnya ada beberapa dokumen dan foto penting tentang Syeh Surgi Mufti beserta keluarganya.
Menurut salah satu cicit Syeh Surgi Mufti yang menjaga makam itu, Ahmad, makam yang berada di samping kanan makam Syeh Surgi Mufti itu adalah kuburan anak dan menantu Syeh Surgi Mufti. Sementara yang di samping kiri adalah kuburan istri Syeh Surgi Mufti, yaitu Datu Aisyah.
"Dulu, di rumah inilah Syeh Surgi Mufti tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Sepeninggalnya pada 1927, rumah ini tetap dihuni keturunannya. Dan sekarang dibuka untuk umum, dijadikan semacam museum mini," ujarnya.
Syeh Surgi Mufti, di masa hidupnya adalah tokoh agama. Dia dulu pernah menjabat sebagai Mufti di zaman penjajahan Belanda.
"Mufti itu semacam jabatan kerohanian Islam di masa itu. Kalau di zaman sekarang, bisa disetarakan dengan ketua majelis ulama Indonesia lah ibaratnya," tuturnya.
Di sekitar makam ini, banyak ditemukan buku Surah Yasin dan taburan bunga. Peziarahnya banyak berkunjung biasanya di akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu.