Tiga Bocah HST Hidup Tanpa Orangtua
Cuma Dapat Bantuan Rp 200 Ribu Per Bulan
Dia jarang minum susu karena kedua kakaknya tidak mampu membelikan. Bayi perempuan itu lebih sering meminum air putih atau teh manis
Penulis: Hanani | Editor: Ratino Taufik
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Kondisi menyedihkan dialami tiga bocah bersaudara, Sriwahyuni alias Yuni (15), Ramadan (12) dan si bungsu, Amaliah Safira yang masih berusia satu tahun empat bulan.
Selama sembilan bulan ini mereka hidup tanpa orangtua. Mereka tinggal di gubuk kecil di Desa Kias, Batangalai Selatan, HST.
Berdasar pantauan BPost di rumah ketiga bocah itu, Kamis (28/5), tidak ada ‘benda berharga’ di bangunan berdinding papan tersebut. Di dalam rumah yang tidak berkamar itu hanya ada satu kasur dan dua bantal, setumpuk pakaian tanpa lemari serta ayunan kain.
“Yuni sedang mendaftar ke SMAN 4 Barabai. Biaya sekolahnya dibantu seorang anggota DPRD HST, Hj Habibah,” kata Nursehan.
Bagaimana Safira? Dia jarang minum susu karena kedua kakaknya tidak mampu membelikan. Bayi perempuan itu lebih sering meminum air putih atau teh manis. Sementara untuk makan, dia mengonsumsi bubur dan lauk seadanya.
“Dia hanya minum susu saat ada kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Itu pun tidak ada susu yang bisa dibawa pulang karena petugasnya mengatakan dia tidak dalam kondisi gizi buruk. Safira juga pernah beberapa bulan batuk-batuk,” tegas Nursehan.
Saat ditemui, Kepala Desa Kias, Ismail membenarkan ketiga bocah itu tidak pernah dinafkahi oleh ayah mereka. Selain dibantu para tetangga, Yuni dan Ramadan terpaksa bekerja untuk mencari uang.
Adakah bantuan untuk mereka? Ismail mengatakan ada bantuan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp 200 ribu per bulan. “Bantuan itu tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena itu pula, mereka bekerja di warung-warung dan kebun,” ujar dia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/tiga-bocah-hst_20150529_094123.jpg)