Tak Cukup dengan Membuat Kanal
Pakar pertanian dari Universitas Lambung Mangkurat, DR Fachrur Rozie yang merupakan ahli biologi kesuburan tanah mengatakan, membakar lahan
Penulis: Murhan | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sejumlah pihak telah ditetapkan menjadi tersangka, termasuk perusahaan yang kebanyakan bergerak di bidang kelapa sawit. Sejumlah pihak pun menyambut baik ketegasan pemerintah tersebut. Namun ada juga yang tak sengaja lahan yang dikelolanya terbakar.
Pakar pertanian dari Universitas Lambung Mangkurat, DR Fachrur Rozie yang merupakan ahli biologi kesuburan tanah mengatakan, membakar lahan bisa mengakibatkan penurunan kualitas tanah.
Baginya, lahan yang dibakar justru memunculkan racun. Keadaan ini justru merugikan bagi perkebunan, termasuk kelapa sawit. Sehingga, jika perusahaan yang mengerti, pastinya berpikir untuk membakar lahan.
Dosen Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru ini mengatakan, bagi perusahaan perkebunan yang tak ingin lahannya terbakar atau ikut terbakar karena api dari luar ada beberapa usaha untuk mencegahnya.
Caranya dengan membuat kanal-kanal di sekeliling lahan perkebunan. Tapi, baginya, kanal justru akan menyedot air jika dibuat di bawah permukaan air tanah.
Kanal mestinya dibuat di atas permukaan air tanah. Selain itu, kata Fakhrur Rozie, untuk mencegah kekeringan lahan di saat kemarau, bisa dilakukan dengan remediasi (pemulihan) lahan secara organik.
Caranya memanfaatkan limbah hasil perkembunan sebagai bahan organik untuk remediasi lahan. Dengan perlakuan demikian, secara kultur teknis akan tumbuh tanaman paku-pakuan yang berfungsi mengikat air.
Khusus perusahaan sawit, model yang bisa dikembangkan di lahan gambut adalah kombinasi pembuatan kanal dan remediasi di lahan dengan menggunakan bahan organik.
Dengan demikian permukaan air tanah akan naik ke atas karena diikat oleh bahan-bahan organik, sehingga saat kemarau akan membentuk embung di bawah permukaan tanah. (Murhan)
