Status Facebook Dokter Andra Sebelum Meninggal, "Gara-gara Mahalnya Pesawat Carteran"
Dokter muda, Dionisius Giri Samudra meninggal dunia karena sakit di RS Cenderawasih, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, Rabu (12/11/2015)
[Dokter Dhanny Elya Tangke semasa hidup dan pelepasan jenazahnya di Jayapura, Papua. FOTO: FACEBOOK.COM/DHANNY ELYA TANGKE]
Almnus Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar tersebut meninggal dalam tugasnya pada usia 26 tahun akibat terserang malaria.
"Beliau menderita malaria berulang dan terlambat dievakuasi dari Puskesmas tempat dinasnya beberapa hari karena kendala cuaca sehingga kondisi semakin memburuk saat sampai RS Abepura Jayapura dan saat beliau akan dievakuasi ke Makasar nyawanya tidak tertolong." Demikian ditulis dokter Ari F Syam, Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo, melalui Kompasiana.com.
Kabar meninggalnya Dhanny beredar luas di kalangan dokter melalui Facebook. Mereka merasa kehilangan alumnus FK Unhas angkatan 2006 ini.
Dhanny mulai mengabdi di Bumi Cenderawasih, September 2013 atau 20 bulan lalu, pada usia 25 tahun. Dua tahun setelah disumpah menjadi dokter.
Mantan pegiat Tim Bantuan Medis Calcaneus FK Unhas dan Persekutuan Mahasiswa Kristen ini memilih pedalaman Papua karena merasa terpanggil untuk melayani masyarakat yang sulit mengakses layanan kesehatan.
Juga untuk membuktikan sumpahnya dalam mengadi untuk masyarakat.
“Adalah kegembiraan dan kehormatan bagi saya bila dapat membantu dan melayani masyarakat di daerah terpencil,” katanya semasa hidup sebagaimana ditulis Irfan, pegawai Dinas Kesehatan Luwu Timur, Sulawesi Selatan, melalui Facebook, Kamis (14/5/2015).
Menurut sejumlah dokter melalui Facebook, termasuk dokter Bambang Budiono, Chief Heart and Vascular Center, Awal Bros Hospital, Makassar, Sulawesi Selatan, semangat untuk ikhlas mengabdi yang dimiliki dokter Dhanny harus ditiru sebayanya.
Anak muda sekarang cenderung memilih pada zona nyaman. Bandingkan dengan almarhum Dhanny memilih zona tidak nyaman.
"Keputusannya berangkat ke pelosok Papua bagi sebagian orang adalah pengorbanan. Mengorbankan waktu bersama teman-teman mudanya. Umurnya 25 tahun waktu itu. Usia yang menggelora. Melewatkan waktu berkumpul dan bercengkrama di café setelah menonton film dibioskop. Atau karaoke bersama di rumah bernyanyi setelah lelah bermain futsal bersama kawan-kawan. Tapi tidak bagi Dhanny. Kegembiraannya adalah mengabdi, kehormatannya adalah melayani (…and i still remember u told me bout how happy n honored you are to serve people in remote area…_ini yang ditulis oleh sahabatnya Dwie Jusuf _)," tulis Irfan.
