Ceriakan Desember Dengan Nonton 6 Film Baru Ini
2015 sudah masuk ke penghujung bulan yaitu Desember. Pastinya, ibarat cuci gudang akhir tahun, ada banyak persembahan film
BANJARMASINPOST.CO.ID - 2015 sudah masuk ke penghujung bulan yaitu Desember. Pastinya, ibarat cuci gudang akhir tahun, ada banyak persembahan film yang selama tahun ini bahkan tahun-tahun sebelumnya sudah dipersiapkan para pembuat film, kini telah tiba saatnya buat kita bisa menyaksikan karya-karya terseru mereka pada bulan yang penuh keriuhan ini!
Nah, biar kehidupan akhir tahun ini nggak jadi monoton, ada 6 judul film Hollywood yang tentunya bukan termasuk film-film cuci gudangan alias obaralan, melainkan film-film ini merupakan deretan film terseru yang sayang untuk dilewatkan.
Sebagian sudah ada yang sedang tayang, namun sebagiannya lagi akan segera datang.
Untuk itu, sambil menunggu-nunggu mau memilih judul film yang mana, mending baca dulu ulasan singkatnya dari 6 besar film hollywood yang seru ditonton biar bulan Desember nggak monoton!
In the Heart of the Sea
Yang ngaku punya nenek moyang seorang pelaut, kudu menyaksikan film terbaru dari aktor Australia Chris Hemsworth ini. Pasalnya, di film In the Heart of the Sea, Chris menjadi Owen Chase, seorang kelasi 1 dari sebuah kapal penangkap ikan Paus bernama Essex.
Jabatan penangkap ikan mamalia terbesar itu sangat berharga baginya, meski sebetulnya, posisi Kapten yang sangat diinginkan Chase justru dimenangkan sepihak oleh George Pollard_akibat unsur nepotisme. Kapten dan Kelasi 1 ini pun selalu punya perseteruan bagaimana ego mengatur kapal Essex berlayar di samudera hanya demi memburu paus-paus tak berdosa dan mengambil minyaknya saja.
Meski begitu, In the Heart of the Sea bukan melulu menceritakan perseteruan antara Pollard dan Chase, kehidupan para penangkap ikan paus, serta bisnis bahan bakar minyak. Kisah ini melainkan juga mengulas bagaimana ikan paus dan koloninya mempertahankan kehidupan mereka di lautan lepas pantai sekitar 5000 miles jauhnya dari benua Amerika.
Sutradara Ron Howard mengarahkan film In the Heart of the Sea layaknya film Life of Pie atau Titanic . Dimana kisah petualangan berikut tragedi di atas laut diungkapkan dengan menarik melalui cerita dari para penyintas atau korban tragedi nyata tersebut.
Ya, kisah In the Heart of the Sea memang nyata mengulas kejadian tahun 1820 yang diangkat dari sebuah buku laris berjudul Moby Dick yang ditulis Herman Melville. Melalui cerita Thomas Nickerson (salah satu penyintas atau korban yang selamat), kisah ini sukses dituangkan kembali oleh penulis naskah Charles Leavitt dalam film berdurasi 122 menit ini.
Banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari para pelaut. Soal menjadi pemimpin, teman, dan juga seorang yang bertanggung jawab. Laut selalu punya cara tersendiri gimana ia menjaga wilayahnya, begitu pun pelaut punya cara sendiri gimana menangani masalah di atas kapal yang mengarungi samudra. Semua itu ada di film ini!
Point Break
Buat para pecinta olahraga ekstrim, Point Break bisa menjadi satu tontonan seru, sebab nggak cuma melihat para stuntmen memamerkan aksi ekstrim mereka, tetapi juga ada tempelan cerita dan pesan tersirat dari film karya Ericson Core ini!
Kalau mendiang Robin William pernah bilang “No matter what people tell you, words and ideas can change the world”, justru di film Point Break terbaru (sebuah remake dari film dengan judul yang sama di tahun 1991) para pemerannya menyatakan hal yang berbeda. Katanya, bukan ide yang bisa mengubah dunia, melainkan tindakan.
Yap, tindakan ini dilakukan oleh para pecinta olahraga ekstrim yang percaya bahwa mitos “Ozaki Eight” masih ada. Bagi para atlet olahraga ekstrim, alam selalu punya cara tersendiri untuk menantang kemampuan manusia. Namun, tantangan itu bukan untuk dirusak, melainkan untuk dirasakan dengan hormat kekuatan alam yang ada.
Kepercayaan ini menjadikan sekelompok atlet olahraga ekstrim berusaha keras mengembalikan respect alamiah mereka dengan cara mengubah dunia kondisi semula. Satu sisi baiknya, pecinta olahraga ekstrim ini sangat tidak menyukai perbuatan manusia yang merusak alam, sehingga beberapa bagian bumi menjadi rusak bahkan masih terus dieksploitasi.
Untuk itulah mereka siap menjaga alam sehingga bentuk perusakan yang disebabkan manusia lain akan dikembalikan dengan cara apapun termasuk menjalankan 8 ordeals alias 8 ujian untuk mencapai Nirwana. Jika ujian itu tamat, maka ada yang bisa dikembalikan, begitu yang mereka percaya.
Sayangnya, pemahaman ini disalah-artikan para atlet selama mereka menjalani tahapan 8 ujian ozaki tersebut. Bohdi atau Bodhi yang diperankan (Edgar Ramirez) bersama teman-temannya tidak mengikuti hukum peradilan manusia. Bagi kelompok ini, hukum yang berlaku hanya satu yaitu hukum gravitasi.
Sambil melihat gimana mereka menyelesaikan 8 ujian Ozaki, penonton juga bisa melihat kerja seorang anggota FBI magang yang menyelidiki kasus tersebut.
Star Wars: The Force Awakens
Ini, film ketujuh dari seri Star Wars ini termasuk film yang paling ditunggu di akhir tahun 2015. Apalagi Star Wars emang punya banya penggemar setianya. Belum dirilis, film ini sudah memecahkan rekor penjualan tiket pre-sale lho.
Buat yang udah ngikutin serinya, film ini kalau melihat dari trailer resminya bakal menampakkan sosok Kylo Ren yang kini seolah telah menggantikan keberadaan Darth Vader dari seri klasiknya. Karakter protagonis baru seperi Rey dan Finn pun juga harus bekerja sama dengan pahlawan masa lampaunya, Han Solo dan Leia untuk menghentikan aksi Kylo Ren tersebut.
Belum lagi, film ini juga bakal mengungkap keberadaan Luke Skywalker yang disebut-sebuh masih misterius itu. Bahkan 30 tahun setelah kejadian dalam Return of the Jedi, pihak kekaisaran pun bakal berganti menjadi First Order yang lebih kejam. Hmm pastinya, Aliansi Pemberontak yang hadir bakal semakin seru untuk melawannya.
Dibintangi oleh Harrison Ford, John Boyega, Daisy Ridley, Oscar Isaac, Anthony Daniels, Adam Driver, dan masih banyak lagi. Konon, dalam film yang disutradarai J.J. Abrams, The Force Awakens juga melibatkan 3aktor kawakan Indonesia yaitu Iko Uwais, Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman.
Ini yang perlu dicatat, rencananya, film tersebut bakal dirilis pada 18 Desember mendatang. Wah udah nggak sabar pastinya!
Krampus
Jelang akhir Desember nggak ada salahnya nonton salah satu film horror bernuansa natal berjudul Krampus. Krampus adalah makhluk mengerikan yang merusak perayaan natal, dia juga bisa disebut "iblis" natal.,
Kalau melihat film ini, kita akan menyaksikan sebuah keluarga yang sedang menikmati liburan Natal yang diharapkan indah, namun kemudian mereka bertemu dengan makhluk bernama Krampus. Adalah seorang bocah laki-laki yang secara nggak sengaja memanggil iblis Natal tersebut ke dalam keluarganya. Keluarga ini pun mau nggak mau harus berjuang untuk melepaskan diri dari cengkraman mahluk buas tersebut.
Kalau digambarkan, penampakan Krampus menyerupai sosok monster yang terlihat menyeramkan. Krampus diciptakan sebagai lawan dari sinterklas yang membawa keceriaan Natal. Sutradara Michael Dougherty mengarahkan film ini untuk melihat sisi lain dari natal.
Dengan naskah film yang ditulis oleh Todd Casey, Michael Dougherty, dan Zach Shields, aktor film seperti Adam Scott yang berperan sebagai Tom, Toni Collete sebagai Sarah, David Koechner sebagai Howard, dan Gideon Emery sebagai pengisi suara Krampus membuat penonton merinding menyaksikan kejadian dan penampakan krampus.
Berani nonton? Film ini udah dirilis pada tanggal 4 Desember ini!
Brush with Danger
Masuk dalam jajaran film Hollywood, Brush with Danger karya sineas muda Livi Zheng memang secara kualitas sudah masuk skala industri film Amerika. Wajar, kalau film ini sempat masuk nominasi Oscar pada tahun lalu. Belum lagi, sebagai sineas muda asal Indonesia, film karya Zheng bersaudara ini pun sedang banyak disoroti media.
Menceritakan kakak-beradik yang berasal dari Tiongkok, Alice dan Ken datang ke Amerika secara ilegal. Seperti kebanyakan imigran gelap Amerika, keduanya juga mengejar mimpi untuk mendapat Green Card alias menjadi warga Amerika. Datang dengan menumpang kapal kargo yang mendarat di Seattle, Washington. Kehidupan keduanya erlunta-lunta sehingga menjadikan mereka sebagai gelandangan di jalanan.
Sebenarnya, impian dua orang ini adalah membawa ayah mereka ke Amerika setelah mereka sukses nanti. Namun sayang nasib kadang nggak seperti yang direncanakan.
Nah, berbekal kemampuan melukis dan bela diri, mereka mengumpulkan dollar demi dollar Amerika meski kenyataan pahit, dolla yang dikumpulkan sangat terbatas. Beruntung, nasib mempertemukan keduanya dengan orang-orang baik yang member mereka makan dan tempat tinggal sementara.
Sampai akhirnya, Justus Sullivan, seorang pemilik galeri seni melihat bakat tangan Alice dan silat Ken untuk dikembangkannya. Di sinilah pergolakan terjadi. Alih-alih menampung bakat mereka berdua, justru Sullivan memaksa Alice untuk memalsukan sebuah lukisan klasik karya Van Gogh. Akibatnya dua bersaudara ini terlibat dalam dunia kriminal di Amerika. Dari sebuah lukisan itulah bahaya mendera.
Meski udah tayang sejak akhir November lalu, Desember ini masih menyisakan waktu untuk menonton film tersebut! Ayo tonton film anak bangsa!
Bulan Terbelah di Langit Amerika
Selain Livi Zheng, penulis Hanum Rais juga semakin giat membuat karya-karya film bersetting luar negeri. Bukan suatu kebetulan, ternyata Hanum Rais Manajemen juga telah memproduksi satu film berjudul “Bulan Terbelah di Langit Amerika” sehingga sisi kota negeri paman Sam kembali tersorot.
Dibantu sutradara Rizal Mantovani yang sudah terbiasa mengarahkan film bersetting luar negeri, aktor-aktor pemeran film 99 Cahaya di langit Eropa juga terlibat kembali dalam film yang memakan Rp.15 miliar untuk biaya produksinya kali ini.
Meski begitu, film yang juga diangkat dari buku dengan judul yang sama kali ini lebih menyoroti kehidupan nyata penulis ketika hidup di Amerika terutama bertepatan dengan terjadinya peristiwa 11/9 di World Trade Center (WTC).
Jika di film The Walk, WTC pada 1974 menjadi tegang akibat “ulah” Philippe Petit, kini ketegangan WTC menjadi daya yarik utama di film Bulan Terbelah di Langit Amerika karena ulah teroris.
Film ini ingin menunjukan sisi lain dari kejadian tersebut, terutama dari warga negara Indonesia yang menjadi saksi dari peristiwa naas tersebut.
Dengan mengedepankan pertanyaan, “Akankah dunia lebih baik tanpa islam,” film yang melibatkan Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, serta Rianti Cartwirght ini bakal menolak stigma negatif warga dunia tentang orang muslim.
Apakah film ini mencerahkan? Lebih baik tonton filmnya di bisokop dan bikin kesimpulan sendiri!
