Berapa Kali Mencuci Mukena yang Dikenakan? Apakah Dibiarkan Hingga Bagian Kepala Menghitam?

Singgungan mengenai mukena ini juga diungkapkan oleh Ustad Aam Amiruddin ketika ada yang bertanya apakah boleh membayangkan sosok Allah SWT ketika

Penulis: Restudia | Editor: Mustain Khaitami
tribunnews.com
mukena 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Setiap perempuan mengenakan mukena ketika salat. Mukena dengan berbagai bahan, merek, hingga harga.

Pertanyaannya, berapa lama mukena yang dikenakan dicuci. Seminggu sekali? Sebulan sekali? Atau berbulan-bulan tak pernah dicuci. Hingga bagian kepalanya menghitam.

Singgungan mengenai mukena ini juga diungkapkan oleh Ustad Aam Amiruddin ketika ada yang bertanya apakah boleh membayangkan sosok Allah SWT ketika salat.

Dalam jawabannya, Ustad Aam mempertanyakan apakah mukena yang dikenakan ketika salat itu bersih atau tidak, hingga bagian kepalanya menghitam.

Dijelaskannya, ketika salat di kamar sendirian, mukena tetap harus bersih.

Jangan sampai membiarkan bagian kepalanya menghitam.

Tidak pernah diganti dengan alasan tidak pernah dipakai ke masjid dan tidak ada yang melihat.

Memang, tak ada yang melihat kualitas mukena. Akan tetapi, tetap saja mukena harus bersih, rapi, dan harum. Ini yang dimaksud dengan ihsan.

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang makna ihsan, Rasul SAW menjawab : “Anta’ budallaha ka-annaka taraahu fa in lam takun taraahu fa innahu yaraaka”

(Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat Allah. Kalau kamu tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Allah melihatmu).

Kalimat “seolah-olah kamu melihat Allah” dalam hadits tersebut bukan berarti harus membayangkan Allah karena sebenarnya kita tidak boleh membayangkan wujud Dzat Allah SWT.

Bila kita mengerjakan satu pekerjaan sambil diawasi biasanya pekerjaan menjadi lebih rapi, lebih teliti, dan lebih bagus.

Jadi, inti dari keterangan itu bukan berarti saat beribadah kita harus membayangkan Allah, melainkan harus bersungguh-sungguh sekalipun tidak ada yang melihat.

"Jadi, yang dimaksud “Beribadahlah kamu kepada Allah seolah-olah kamu melihat Allah” bukanlah membayangkan Dzat Allah Swt., melainkan bersungguh-sungguhlah dalam melakukan kewajiban-kewajiban kita karena Allah Maha Melihat apa pun yang kita kerjakan. Wallahu a’lam," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved