Dindingnya Hanya Dari Seng Bekas Tapi Resto Liwis Mempunyai Banyak Pelanggan
Kesan konsep industrial bernuansa metal, karat dan bekas, sangat tersirat di resto ini. Tergambar dari dinding seng mulai dari dinding depan hingga be
Penulis: Khairil Rahim | Editor: Mustain Khaitami
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Dari depan, interior resto ini tampak biasa saja hanya dihiasi dinding atap seng bekas yang ditempel horisontal. Sementara tulisan nama restonya berupa cat putih yang tampak sederhana.
Namun saat menginjakan kaki ke dalam resto, ternyata banyak dipenuhi para pelanggan yang tampak santai menyantap hidangan dan tidak sedikit ada yang berfoto ria menggunakan kamera handphonenya.
Itulah konsep resto sederhana dengan tema zaman dulu yang ditawarkan Resto Liwis Bandarmasih Pizzaria yang berada di Jalan Sultan Adam No.10 Banjarmasin.
Bangunan Resto dua lantai (lantai atas studio musik) yang sangat asyik buat tempat kongkow bareng teman, keluarga atau mojok sama pasangan.
Interior yang didominasi warna marun, bercampur dengan koleksi benda-benda peninggalan zaman dulu ini mirip dengan suasana Cafe yang banyak di negeri Italia.
Tidak hanya interior, menu yang ditampilkan pun semua domin menu Italiano, mulai dari pizza hingga pastanya.
Owner Liwis Bandarmasih Pizzaria, Andu mengaku nama resto ini campuran dari berbagai sejarah.
Mulai dari kata Liwis yang diambil dari nama sang kakek.
"Sementara Bandarmasih ini merupakan nama pelabuhan ini sejarah tempo dulu Banjarmasin. Agar kita mengenal asal usul Banjarmasin," kata pria berkacamata ini.
Kesan konsep industrial bernuansa metal, karat dan bekas, sangat tersirat di resto ini. Tergambar dari dinding seng mulai dari dinding depan hingga belakang.
Kemudian dari jendela terbuat dari besi tua, meja diambil dari pintu dan jendela rumah bahari yang kayunya berusia puluhan tahun dan kursinya dari tangga kayu yang berukuran tebal.
"Seng, kayu, pintu, jendela dan lainnya saya peroleh beli dari rumah lama hasil bongkaran di Sungai Baru dan Jalan Veteran. Seng itu bahkan terbuat dari tahun 1940," kata Andu.
Di dalam ruangan lain juga terdapat koleksi foto dan stiker bergambar tempo dulu yang kini sudah sulit untuk ditemukan lalu Bajaj tua berkarat.
Juga ada sejumlah barang bekas mulai mesin jahit, mesin tik, televisi kuno yang merupakan koleksi pribadi barang lama.
Semua konsep ini kata Andu merupakan hasil konsultasi dia dengan konsultan asal Jogjakarta.
Untuk menu lanjut dia juga dimasak dengan cara tradisional khas negeri asalnya.
"Seperti Pizza kami masak dengan menggunakan tungku besar tradisional mengunakan kayu bakar. Kayunya khusus dkirim setiap 2 minggu sekali," kata Andu.
Semua cara masak tradisional itu lanjut Andu untuk menjaga cita rasa menu agar beda dengan resto lainya.
"Jika yang lain pakai oven kita pakai tungku saja karena matangnya beda," ujar Andu.