Begini Suka Duka Menjadi Event Organizer, Tidak Dibayar, Tidur di Panggung Hingga Jadi Buruan Travel
Menjadi event organizer (EO) boleh saja dianggap sebagai usaha yang tergolong gampang susah untuk mendapatkan untung.
Penulis: Khairil Rahim | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Menjadi event organizer (EO) boleh saja dianggap sebagai usaha yang tergolong gampang susah untuk mendapatkan untung.
Selain tidak menuntut modal uang yang besar, modal utama usaha ini adalah jaringan dan pengalaman menggelar event.
Event organizer, ialah suatu pengatur acara yang dibayar oleh seseorang dan tidak mau repot untuk mengurus semua acara yang mereka punya. Mulai dari acara kecil, hingga acara sekaliber international.
Salah satu pelaku bisnis Event Organizer di Banua, Benny Abubakar mengaku menjadi seorang E0 tidak hanya selalu keuntungan yang didapat bisa juga kerugian keluar biaya sendiri.
Benny menerangkan sebelum terjun di E0 diawalnya adalah Manager dari grup band legenda ternama Koes Plus.
"Lama menangani Koes Plus lalu tergoda ikut teman untuk menjadi kru EO pada 1991," ujar pria berdarah Arab ini.
Bersama sang teman Benny pun ikut menangani kedatangan sejumlah artis terutama artis internasional seperti Phil Collins, Sepultura, Metallica di Jakarta.
"Kemudian pernah juga ikut terlibat di Event Java Jazz dan lain-lain," sebut dia.
Sepuluh tahun berselang, kata Benny dia mulai merambah ke Banjarmasin setelah kenal dengan Owner Barito Palace Hotel, Aming.
"Di hotel itu berbagai event mendatangkan artis saya yang menangani kemudian ikut membantu Jorong Cafe dan sejumlah tempat lainnya di
Banjarmasin bahkan Kalimantan hingga sekarang," kata pemilik Foodtruck Sahara Jakarta ini.
Nah selama menangani sejumlah Event di Kalimantan inilah Benny menemui banyak pengalaman menarik yang tidak mengenakan sepanjang hidupnya.
Dimulai saat dia membawa tiga artis dangdut saat kampanye Pilkada disalah satu daerah di Kalsel 2000 lalu.
Setelah tampil dan meramaikan Pilkada sang artis dan dirinya tidak dibayar oleh pihak panitia. Benny menduga hal itu akibat kekalahan sang calon di Pilkada itu.
"Si artis tahunya sama saya, mereka menuntut bayaran sementara pihak pengundang selalu mangkir saat ditagih. Akhirnya saya menyerah saya mengeluarkan uang pribadi untuk membayar sisa uang pembayaran ketiga artis yang saya bawa," lanjut Benny tanpa mau menyebut siapa artisnya dan daerah mana.
Pelaku bisnis EO lainnya, Renaldy Director of Wanindo Production mengaku bekerja di pengatur acara banyak cerita menarik yang pernah dihadapinya.
Saat itu dirinya dipercaya untuk menangani audisi Academy Fantasy Indosiar (AFI) 2005.
"Semua pasti tahu bagaimana dulu boomingnya acara ini. Semua warga Banjarmasin tertuju di acara ini," kata dia.
Namun disaat pelaksanaan acara yang digelar di Mahligai Pancasila Banjarmasin, kendala datang. Acara ini ditentang salah satu organisasi mahasiswa Islam di Kalsel.
Tidak hanya itu mereka menyuarakannya dengan menggelar demo ke lokasi audisi.
"Tentu kami panik, disatu sisi audisi berlangsung sementara di luar demo berlangsung yang kami takutkan terjadi bentrok sebab yang suka acara ini juga banyak. Kami tidak ingin ambil risiko soal ini agar tidak terjadi apa-apa," ujar pria yang akrab disapan Enad.
Dengan berat hati, lokasi acara yang rencananaya digelar selama tujuh hari ini pun berpindah-pindah tempat. Hingga diacara puncak, lokasi dipindah ke Lapangan Murjani Banjarbaru.
"Nah disini hikmahnya ternyata sambutan penonton sangat banyak bahkan memecahkan rekor penonton terbanyak dan lebih penting lagi acara berlangsung dengan aman," ujar dia.
Pelaku bisnis EO lainnya Wan Marley dari EO Makram menambahkan bergelut dibisnis ini harus berani menanggung resiko besar.
Event tidak dibayar, birokrasi pengurusan izin yang rumit, hingga artis yang cerewet menjadi makanan biasa dan harus dijalani. Wan Marley pun pernah jadi buruan travel. Dia selalu dikejar-kejar untuk menagih sisa utang event.
Tanjung Sari salah satu pimpinan E0 perempuan mengaku bahkan demi kesuksesan acara yang pernah pernah dia tangani sempat tidur malam di atas panggung sebelum konser atau acara diselenggarakan.