Band Banua Ini Rela Tampil dari Kafe ke Kafe, "Di Kafe Dibayar Rp100 Ribu Per Orang"

Agar bisa tetap aksis bermusik menjadi band reguler di kafe (homeband) pun dilakoni meski dengan bayaran yang relatif murah.

Penulis: Khairil Rahim | Editor: Didik Triomarsidi
khairil rahim
Band asal Banjarbaru Radicta 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Menjadi terkenal dan memiliki banyak fans memang menjadi keinginan terpendam dari anak band di Banua. Berbagai genre mereka bentuk untuk bisa menggapai impian namun untuk jadi langsung ngetop tidak lah mudah.

Terlalu jauh bermimpi untuk dikenal diseluruh Tanah Air, untuk wilayah Kalimantan saja sudah sangat sulit mendapatkan nama meski sudahmemilik lagu bagus, skill oke, performance keren dan tekad.

Agar bisa tetap aksis bermusik menjadi band reguler di kafe (homeband) pun dilakoni meski dengan bayaran yang relatif murah.

Seperti awal perjalanan band ternama Peterpan yang kini berganti nama menjadi Noah dengan memulaikarier mereka dari kafe ke kafe di Bandung.

Band asal Banjarbaru Radicta salah satunya. Beberapa kali ikut audisi pencarian band berbakat di Banua hingga ke nasional namun masih belum mampu menembus blantikan musin Nusantara.

Pernah mewakili band Banua ke final Meet the Labels Indonesi 2014 di Yogyakarta bahkan berada di rangking I namun gagal dipilih sejumlah perusahan label rekaman yang menjadi juri.

Setahun berselang Band digawangi Eza pada vokal, Edho (gitar) Farid (bas) dan Dante (drum) ini kembali ke final dan hasilnya pun sama seperti tahun sebelumnya.

"Mungkin belum rezekinyabuat band kami,"kata Eza.

Selain menjadi band pembuka artis dan menerima undangan tampil disetiap acara, Radicta memilih tampil di Kafe sebagai penghibur.

Ada lima kafe yang memakai jasa band Radicta untuk tampil setiap malam yakni Shaza Cafe Banjarbaru setiap Sabtu dan Kamis malam, Backroom Cafe (Senin), Suneo Cafe (Selasa) Big Coffee (Rabu dan Jumat) serta Coffee Toffee (Sabtu).

"Tampil selama 2 jam setengah biasanya dari jam 8 sampai jam 11 break 30 menit lalu jam 10 malam tampil lagi," kata Eza.

Eza mengaku menjadi homeband kafe untuk mengisi waktu saja selama tidak ada jadwal manggung. Jika pas berbenturan ada tawaran dilain biasanya digantikan band lain sementara.

"Kita juga perlu pemasukan penghasilan jika berharap hasil dari manggung saja tidak terlalu banyak. Lumayan juga sambil menjaga Performance dan teknik band," sebut dia.

Mengenai bayaran, Eza mengaku jelas sangat jauh jika dibanding saat mereka diundang untuk tampil diacara.

"Kalau di kafe kami dibayar Rp100 ribu perorang. Tapi tergantung ada juga yang hanya Rp 75 ribu bahkan Rp 150 ribu setiap personil. Beda dengan event bisa dibayar sampai Rp 500 ribu perorang itupun kami paling tampil membawakan 5 lagu saja," sebut dia.

Beda halnya dengan acara sosial atau kemanusian kata Eza panitia bahkan ada yang hanya memberi uang transport saja.

Untuk sistemnya tampil di kafe lanjut Eza tidak ada yang kontrak hanya dihitung setiap tampil saja. "Pas habis tampil honor dibayar," jelas dia.

Lalu duka apa yang pernah dirasakan, Eza mengaku jika hujan atau listrik padam kadang membuat mereka merasa kurang nyaman.

"Jika hujan kadang pengunjung sepi, apalagi jika listrik padam ginset kadang tidak bisa memenuhi jadi kami tidak bisa tampil," ujar dia.

Setali tiga uang dengan Band Gliese Coustic. Menjadi band reguler atau pengisi hiburan di kafe menjadi mata pencaharian sebagai penutup jika tidak ada event untuk meraup rupiah.

Personil Gliese seperti Rory yang bermain digitar, Devi (bassis), Putry (cajoon) dan Anisa (vokal) dipercaya mengisi acara di Social Cafe setiap Sabtu malam dan People's Place Rooftop Hotel Summer Bad and Breakfast Setiap Minggu malam.

Juru bicara Gliese Band, Putry S Ayu mengatakan manggung dikafe sebagai pemasukan setiap bulan bagi para personil ketimbang event yang kadang tidak menentu.

"Event kan gak bisa ditebak kapan adanya tapi kalau pas ada event feenya bisa kurang lebih atau malah bisa lebih dari reguler 1 bulan," ujar dia.

Setiap bulan jelas perempuan yang juga dedengkot Borneo Lady Perccusi (BLP) para personil bisa membawa pulang Rp 500-700 ribu perorangnya perbulan disetiap kafe.

Meski honornya beda dengan Even yang bisa mengantongi Rp 350-600 ribu setiap personilnya persekali event namun tampil reguler di kafe tetap disyukuri.

Sebab kata Putry persaingan untuk bisa mengisi band reguler di kafe sangat ketat. Meski sejumlah kafe baru bermunculan band-band berbakat pun hadir dengan talenta dan Performance lebih oke.

"Persaingan tidak hanya soal harga saja tapi banyak talent baru yang muncul juga," ucap Putry.

Khusus untuk Gliese ujar Putry dia sangat mewanti para personil untuk menjaga atitude saat tampil reguler.

"Kalau tidak bisa menjaga atitude sudah dipastikan gak akan lama reguleran di kafe," sebut dia.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved