Penyakit yang Dibawa Kucing Ternyata Sama Bahayanya dengan HIV/AIDS

“Ini sebagai langkah preventif toxoplasmosis guna menekan angka keguguran dan kecacatan lahir bayi"

Editor: Didik Triomarsidi
Y G. Dzhevelieva/National Geographic/Your Shot
Ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID, SURABAYA – Sebagian orang memiliki persepsi berbeda terkait hawan kucing. Hewan piaraan ini dianggap membahayakan kehamilan.

Untuk mengedukasi masyarakat terkait hal ini, sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) melalui Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM-M), melakukan program KASIH WUS (Kader Usaha Sehat Wanita Usia Subur).

Mereka yaitu, Nurul Tri Wahyudi (21), Arya Bagaskara (21) dan Romy Muhammad Dany (21), mahasiswa Fakultas Kedokteran hewan. Bersama Rizqi Zuoida (21) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Anjar Ani (21) Fakultas Keperawatan.

“Ini sebagai langkah preventif toxoplasmosis guna menekan angka keguguran dan kecacatan lahir bayi,” jelas Nurul Tri Wahyudi yang akrab disapa Tri, ketua tim PKM M pada SURYA.co.id , Minggu (12/6/2016).

Dalam sosialisasi di Posyandu Wonokusumo Surabaya itu, Tri mengungkapkan, persepsi tersebut tidaklah salah, kucing memang membawa penyakit, namun pengetahuan tentang cara merawat dan mengantisipasi penyakit yang dibawa kucing sangatlah penting dikenal masyarakat.

“Banyak masyarakat yang enggan memelihara kucing karena bulunya, padahal justru kotoran kucing itu yang membawa penyakit toxoplasmosis. Yang mana penyakit infeksi ini bisa menyebabkan keguguran dan kecacatan lahir bayi,” terangnya.

Menurut Arya, konsentrasi kegiatan mereka ini karena penyakit yang dibawa sama berbahayanya dengan HIV/AIDS. Terlebih, kucing merupakan hewan peliharaan yang sangat dekat dengan manusia.

“Sebenarnya penyakit ini (toxoplasmosis) sama dengan AIDS, menurunkan imun, berbahaya lagi saat hamil, bisa keguguran, cacat pada bayi dan keterbelakangan mental,” tegas Arya.

Demi menyukseskan program tersebut, maka disusun menjadi berbagai tahap, mulai sosialisasi kepada kader posyandu, sosialisasi kepada wanita usia subur, sosialisasi toxoplasma secara umum.

“Pertama kami memang adakan sosialisasi agar mereka paham, setelah itu kami mendatangkan Prof Dr Lucia Tri Suwanti drh. Beliau juga Pembina kami yang akan memberikan pemahaman warga agar lebih mantap,” tambahnya.

Rizqi juga menambahkan setelah sosialisasi, tahap selanjutnya yakni membentuk kader. Setidaknya ada 10 orang posyandu, 5 orang relawan untuk selanjutnya bisa dikembangkan ke RT sekitar.

“Saya harap dengan program ini, Wonokusumo bisa jadi kampung teladan,” tambah Rizqi.

Dengan program ini diharapkan tidak adanya diskriminasi perlakuan terhadap hewan dan juga masyarakat bisa memahami potensi dan bahaya dari hewan yang ada di lingkungan. Dengan demikian masyarakat lebih sehat dan terhindar dari kecacatan.

Sumber: Surya Online
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved