Ini Kata Dosen UGM soal Keamanan "Pokemon Go"

Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi sekaligus Direktur Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM)

Editor: Eka Dinayanti
KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Salah satu koleksi pokemon langka Team Rocket, Meowth. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, SLEMAN - Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi sekaligus Direktur Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Widyawan mengatakan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan terhadap permainan Pokémon Go.

Widyawan mengatakan, timbul banyak kesalahpahaman akan permainan tersebut, terutama menyangkut ancaman keamanan di lokasi perburuan monster Pokemon.

Menurut dia, Pokémon Go merupakan permainan yang berbasis lokasi di mana pemain dapat menentukan pola interaksinya dengan aplikasi.

Ada avatar atau karakter dalam game yang merupakan representasi pemain yang berjalan atau berpindah sesuai posisi pemain.

"Interaksi berupa kemunculan karakter Pokemon, Pokestop, Gym, dan lain-lain bisa disesuaikan dengan lokasi pemain tersebut. Di akademis, aplikasi ini termasuk kategori context-aware application," kata Widyawan dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Minggu (24/7/2016).

Teknologi ini sebenarnya sudah banyak digunakan dalam aplikasi lain, seperti Google Map, Waze, Go-Jek, Facebook, Path, dan Foursquare. Posisi pengguna akan dikirim ke server untuk kemudian memberikan layanan yang sesuai.

Ia mengatakan, seharusnya kekhawatiran terhadap penggunaan informasi lokasi di Pokémon Go tidak lebih besar dibandingkan aplikasi-aplikasi berbasis lokasi tersebut karena teknologi yang digunakan sama.

Perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjaga kepercayaan pelanggannya, tentunya memiliki kebijakan kerahasiaan data yang ketat.

Manfaatkan data Google Map

Tentang isu bahwa permainan itu menjadi sarana untuk melakukan pemetaan lokasi strategis perkantoran, pemerintahan, dan militer, Widyawan mengatakan bahwa Niantic, perusahaan pembuat Pokémon Go, tidak perlu melakukan pemetaan karena mereka sudah memiliki petanya.

Pokémon Go menggunakan peta yang disediakan oleh Google Map. Peta tersebut terbuka di internet sehingga pengembang aplikasi pihak ketiga bisa memanfaatkannya melalui Google Map Application Program Interface (API).

Google Map merupakan peta luar ruang dan diambil berbasis gambar satelit maupun kamera yang dipasang di pesawat. Tidak ada informasi indoor yang terdapat di dalamnya.

Untuk pemetaan dalam ruang, Widywan menilai bahwa secara teknis lebih susah untuk dilakukan. Teknologi yang digunakan umumnya berdasarkan pengukuran jarak menggunakan laser, ultrasound, maupun depth-camera.

Salah satu teknologi terkini yang digunakan dalam permainan Pokémon Go, kata Widyawan, adalah augmented reality (AR). Dengan teknik ini, gambar digital akan ditambahkan (augmented) dalam pemandangan nyata yang ditampilkan oleh kamera.

Salah satu apps produksi Octagon Studio Bandung yang menggunakan teknik AR untuk aplikasi mereka.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved