Dikeluhkan Orangtua Siswa, Pungutan Sekolah Itu Bernama Sumbangan Pembangunan
Dalam sosialisasi tersebut juga disebut nominal biaya yang dibutuhkan tiap siswa dalam satu tahun, dan biaya sumbangan yang harus di bayar tiap wali
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANTUL - Pungutan liar saat memasuki tahun ajaran baru menurut salah seorang warga Jetis, Bantul, yang namanya tak mau dikorankan menyebut jika kecurangan macam pungutan liar sudah jamak dipraktekkan di sejumlah sekolah.
Pungutan itu tak hanya berlaku untuk siswa baru, melainkan juga siswa kelas dua dan tiga, dengan dalih sebagai uang sumbangan pembangunan sekolah.
Seperti SMA N 1 Jetis misalnya, warga Jetis ini menyebut jika anaknya yang sekolah di sana mesti membayar Rp.665 ribu. Meskipun anaknya telah masuk kelas dua di sekolah tersebut.
"Setelah saya tanya ke pihak sekolah, mereka enggak bisa jawab uang itu akan digunakan untuk apa," jelasnya, Jumat (29/7/2016).
Sebenarnya warga asli Jetis ini tak akan mempermasalahkan adanya uang sumbangan yang ditarik pihak sekolah, asalkan uang tersebut jelas diperuntukkan untuk apa.
Namun jika kegunaan iyuran tersebut tak jelas, ia mengaku keberatan, apalagi kondisi keuangan keluarganya yang serba pas-pasan. "Ya istilahnya kami enggak rela, dan keberatan," paparnya.
Menurutnya, sebenarnya praktek pungutan seperti ini tak hanya terjadi di SMA N 1 Jetis, tapi juga di sejumlah SMK, salah satunya di SMK N 1 Pundong yang menarik uang lebih dari dua juta untuk setiap wali muridnya.
"Bahkan dulu warga sini pernah ada yang sampai jual tanah, jual kambing, sapi, hanya untuk melunasi uang sumbangan itu," sebutnya.
Terpisah salah seorang warga Jetis lainnya, yang kini anaknya bersekolah di SMK N 1 Pundong membenarkan jika di sekolah tersebut pernah ada sosialisasi dari pihak sekolah.
Dalam sosialisasi tersebut juga disebut nominal biaya yang dibutuhkan tiap siswa dalam satu tahun, dan biaya sumbangan yang harus di bayar tiap wali murid.
"Memang kalau pungutan belum ada, yang jelas kemarin itu baru sosialisasi dan baru sebatas omongan," paparnya.
Meskipun belum terlaksana, namun wacana sumbangan yang pernah diutarakan pihak sekolah baginya sudah sangat memberatkan.
Apalagi nominalnya tidak sedikit, yakni Rp.2 juta untuk uang sumbangan pembangunan, dan lebih Rp.800 ribu untuk uang seragam.
"Untuk pembayaran katanya masih menunggu rapat pleno dengan wali murid. Kalau rencananya Agustus nanti (wali murid) mau dikumpulkan lagi," sebutnya.
Sebelumnya Kordinator Pengaduan Forum Pemantau Independen (Forpi), Abu Sabikis menyebut jika praktek pungli di sejumlah sekolah di Bantul rata terjadi di semua sekolah.
