Walau Koleksi 4 Emas Tim Gulat Kalsel Akui Persiapan Lawan Lebih Matang

BANJARMASINPOST.CO.ID! BANDUNG - Cabang olahraga gulat menjadi cabang olahraga yang paling banyak menyumbangkan medali untuk kontingen PON Kalsel pada ajang PON XIX 2016 Jawa Barat.

Medali yang berhasil diraih oleh cabor ini sebanyak 16 medali yang terdiri atas empat medali emas, tiga perak dan sembilan perunggu.

Meski sukses sebagai cabor penyumbang medali terbanyak, namun cabor ini gagal merealisasikan target KONI Kalsel dengan enam medali emas.

Dari enam atlet yang pada saat pra PON 2015 meraih medali emas, hanya tiga atlet yang berhasil kembali meraih medali emas.

Tiga atlet ini meliputi M Ricky Fajar untuk kelas gaya bebas 70 kilogram, Rahma Sofia kelas 75 kilogram dan Ridha W dari kelas 63 kilogram.

Tiga atlet lainnya yang meraih emas saat pra PON gagal merealisasikannya.

Fahriansyah di kelas 86 kilogram hanya bisa meraih medali perunggu.

Demikian juga Rendy Aditya dikelas 74 kilogram harus puas dengan medali perunggu.

Satu atlet dari kelas grego 98 kilogram, Adam Wibowo juga harus puas dengan medali perunggu.

Sementara itu, sejumlah kejutan justeru terjadi dari pegulat lainnya. M Brian Akbar yang turun dikelas 71 kilogram gaya grego.

Saat di pra PON 2015, Brian hanya meraih medali perunggu.

Saat di PON 2016 Jawa Barat berhasil meraih medali emas.

Kejutan lainnya datang dari M Fuad dikelas 65 gaya bebas yang berhasil meraih medali perak. Padahal saat pra PON tidak mendapatkan medali.

Indra Satria dan Dina Mariana juga memberikan kejutan dengan berhasil meraih medali di PON Jawa Barat, meski saat pra PON tidak berhasil meraih medali.

Pelatih Gulat Kalsel Zulhaidir mengatakan bahwa para atlet sudah berjuang dan memberikan kemampaun maksimal pada ajang PON 2016 Jawa Barat.

"Kita sudah berjuang dengan maksimal. Namun atlet dari sejumlah daerah lain melakukan persiapan yang lebih maksimal," katanya, kemarin.

Terkait dengan sejumlah atlet unggulan yang gagal meraih medali emas, dikatakannya karena faktor adanya cidera yang dialami oleh sejumlah atlet unggulan.

Selain itu juga karena adanya kurang sportifitas dari tuan rumah saat atletnya bertanding selalu diuntungkan dengan faktor non teknis (*)