Ketua DPR Ade Komarudin: DPR Telanjang
Ketua DPR RI Ade Komarudin (Akom) melihat lingkungan Parlemen Indonesia (DPR, DPR dan MPR) ibarat tubuh manusia sangat telanjang.
Penulis: | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Ketua DPR RI Ade Komarudin (Akom) melihat lingkungan Parlemen Indonesia (DPR, DPR dan MPR) ibarat tubuh manusia sangat telanjang, karena sangat lemah dalam hal keamanan saat anggota parlemen mengadakan rapat di gedung tersebut.
“Telanjang saya maksud, jika gedung sebagai lambang negara itu dipasang orang bom, maka lebih mudah dibandingkan dengan di mall. Selain itu, saat anggota dewan mengadakan rapat paripurna akan mudah peninjau melempar botol atau gelas air mineral dari atas balkon yang disediakan khusus untuk peninjau seperti rakyat menyaksikan rapat yang digelar oleh wakilnya di gedung itu,” kata Akom dalam acara Press Gathering di Bali, Minggu (10/9).
Hadir dalam acara itu antara lain Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Ketua Komisi VII DPR Fadel Muhamad, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra, Sekjen DPR RI Winantuningtyastiti, Kepala Dinas Pekerjaan Bali I Ketut Wija, jajaran BURT , Humas dan Kesekjenan DPR RI.
Sungguhpun sekarang jika masuk ke lingkungan parlemen Indonesia sudah agak diperketat dengan siapa saja yang mau masuk harus izin dengan wajib punya kartu tanda masuk saat berada di seputar parlemen.
“Tapi, kita dalam hal keamanan parlemen kalah dengan Negara Tasmania apalagi Australia. Di sana, tempat peninjau atau rakyat ingin menyaksikan anggota dewan rapat berada di balkon sama dengan kita di Indonesia, begitu juga bagi wartawan yang meliput. Hanya saja, di Tasmania, di balkon itu ditutupi kaca, sehingga mereka yang di atas tidak bisa melempar barang jenis apapun ke bawah saat anggota dewan rapat. Di tempat kita, terbuka, jika ada yang emosi melempar sesuatu dari atas, maka lembaga tinggi negara simbol negara ini akan tercela,” ujarnya.
Lain, lagi jika mau permalukan Indonesia, ada yang masukan bom untuk meledakan gedung wakil rakyat ini, bisa saja lolos karena penjagaan kurang ketat, sambungnya.
Gedung super ketat sistem keamananna seperti di Tasmania dan Australia itu, dia rasakan langsung saat berkunjung ke sana dalam pertemuan MIKTA (Malaysia, Insonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) lima negara sama sama menjadi anggota G 20 salah satu topik soal keamanan parlemen.
Selain itu, Akom juga menjelaskan tentang keinginan kerja DPR bisa diketahui oleh rakyatnya dari Sabang sampai Merauke melalui keterbukaan informasi menuju parlemen modern seperti menggalakan media sosial facebook, twitter, online majalah, TV Parlemen dan lain-lain.
“Kita punya media sosial itu tetapi masih belum dikelola kurang baik. Inilah yang akan kita benahi,” ujarnya.
Dirinya kenapa di depan wartawan membeberkan hasil kunjungan kerja ini, karena dia ingin rakyat tahu bahwa kepergiannya ke luar negeri itu bukan keluyuran atau hanya buang uang negara.
“Saya penting melaporkan kepada teman-teman wartawan karena sekarang pers itu punya kekuatan dalam hal pilar keempat dalam demokrasi,” katanya.
Di Australia, lanjut Akom, dia membicarakan soal sapi agar ke depan harga daging sapi di Indonesia tidak mahal khususnya saat menjelang ibadah puasa, Idul Fitri, Natal dan Idul Adha.
Di Australia per ekor sapi 400 Dollar AS atau Rp 6 juta, per Kg sekitar 1,5 dollar AS atau Rp 20 ribu. "Saya kaget karena itu pemerintah harus segera PP Ketahanan Pangan dan itu perintah UU," pintanya.
Dia juga menyinggung soal gedung DPR tempat ruang kerja anggota dewan di Gedung Nusantra I DPR yang semula untuk 800 oràng dalam perkembangannya kata Akom kini orang yang lalu lalang sudah mencapai 5.000 orang.
"Jadi gedung itu tinggal tunggu waktu yang akan menjadi korban termasuk wartawan yang setiap hari meliput.. Yaitu waktu ambruk," ujarnya khawatir.
Perkembangam tax amnesty memang bagus, tapi kata Akom. pihaknya akan meminta anggaran untuk bangun gedung ke pemerintah di tengah banyak pemotongan anggaran saat ini tentu tidak etis.
