Resep Maluku yang Dulunya Rawan Konflik, Kini Jadi Daerah Teraman Ketiga di Indonesia
"Maluku tentu sarat akan nilai-nilai budaya, terkhususnya kearifan lokal yang dimiliki. Misalnya dalam istilah orang Maluku, ale rasa beta rasa,
BANJARMASINPOST.CO.ID, AMBON - Setelah sukses menjalankan misi perdamaian dan kerukunan antar umat beragama di Maluku, Kakanwil Kementerian Agama Prov. Maluku, Fesal Musaad, S.Pd, M.Pd membeberkan resep khusus sehingga daerah yang pernah dilanda konflik horisontal di tahun 1999 ini bisa keluar dari jeratan konflik tersebut.
Di hadapan para pimpinan gereja dan ketua Sinode se-Indonesia, Musaad menjelaskan ada tahapan yang dilalui sehingga daerah berjulukan Manise ini bisa keluar dari konflik dan berhasil menempati urutan ketiga sebagai daerah paling rukun dan aman.
Pertama Local Wisdom (kearifan lokal) yang dimiliki.
"Maluku tentu sarat akan nilai-nilai budaya, terkhususnya kearifan lokal yang dimiliki. Misalnya dalam istilah orang Maluku, ale rasa beta rasa, potong di kuku rasa di daging, dan sagu salempeng di patah dua. Inilah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat di daerah ini, sehingga kearifan lokal yang mengakar kuat membawa daerah ini bisa keluar dari perang atau konflik," papar Fesal dalam sambutannya pada kegiatan Konsultasi Pimpinan Induk Organisasi Gereja/Ketua Sinode Se-Indonesia Wilayah Tengah dan Timur yang berlangsung di Hotel Marina Ambon, Rabu (16/11/2016) seperti dilansir situs resmi Kemenag RI.
Resep kedua, Kakanwil mengungkapkan, terlaksananya even-even keagamaan di daerah ini menjadi salah satu poin penting untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian di Maluku.
Sebagai contoh, terlaksananya MTQ dan Pesparawi Tingkat Nasional yang sukses luar biasa.
"Para pimpinan gereja bisa mengambil contoh dari Maluku, yang paling berharga dari kegiatan ini adalah, umat Islam dan Kristen turut serta dalam memeriahkan kedua even berskala nasional tersebut. Sehingga tercetuslah Maluku sebagai daerah paling rukun dan damai nomor urut ketiga," cetusnya.
Resep ketiga adalah, hubungan pela gandong diantara sesama masyarakat Maluku.
Kakanwil menegaskan daerah yang memegang hubungan pela gandong hanya ada di Maluku. Lahirnya pela gandong berasal dari daerah ini, dan bisa dikatakan hubungan ini begitu kuat dalam jiwa masyarakat.
"Tentu hal ini menjadi perhatian kita semua. Kita ingin menjadikan Maluku sebagai daerah percontohan kerukunan umat beragama. Kita juga ingin membawa Maluku pada peringkat nomor satu dalam hal menjaga kerukunan dan kedamaian di Indonesia," jelas Kakanwil. (*)
