Ekonomi dan Keuangan

Tanpa Investasi, Arab Saudi Yakin Pasar Minyak Akan Kembali Seimbang

Ini adalah pemangkasan pasokan pertama OPEC sejak 2008. Mengutip CNBC, Senin (28/11/2016),

Editor: Didik Triomarsidi
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID, VIENNA - Menteri energi Arab Saudi Khalid Al-Falih menyatakan dirinya yakin pasar minyak dunia akan kembali seimbang dengan sendirinya pada tahun 2017, bahkan tanpa intervensi negara-negara produsen.

Oleh karena itu, kata dia, menjaga produksi pada level saat ini tidak ada salahnya. Di bawah kesepakatan yang dicapai pada bulan September lalu di Aljazair, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan bakal menurunkan produksi hingga berada pada level antara 32,5 juta hingga 33 juta barrel per hari.

Ini adalah pemangkasan pasokan pertama OPEC sejak 2008. Mengutip CNBC, Senin (28/11/2016), para menteri energi OPEC bertemu di Vienna, Austria pekan lalu untuk memfinalkan persetujuan yang dibuat di Aljazair.

Selain itu, OPEC juga menginginkan negara produsen minyak non-OPEC seperti Rusia mendukung intervensi ini dengan turut memangkas produksi.

Akhir pekan lalu, Al-Falih menegaskan bahwa Arab Saudi tetap pada posisinya pada pertemuan di Aljazair beberapa waktu lalu bahwa setiap pihak harus bekerja sama.

"Kami mengekspektasikan level permintaan akan meningkat pada 2017. Pasar pun akan kembali mencapai keseimbangan pada 2017 bahkan jika tidak ada intervensi OPEC, namun intervensi OPEC bertujuan untuk mempercepat keseimbangan ini dan pemulihan pasar dalam waktu cepat," jelas Al-Falih.

Ketika ditanya apakah Arab Saudi pada bulan November 2016 masih tetap mempertahankan produksi minyak pada kisaran 10,6 juta barrel per hari, Al-Falih menyatakan bahwa level permintaan minyak mentah Arab Saudi masih tinggi dan amat sehat.

"Tanpa melihat Arab Saudi dan pangsa pasarnya, saya rasa jika kita melihat pada indikasi kesehatan dan pemulihan pasar minyak, ini adalah sinyal positif yang membuat kami optimis terhadap pemulihan pasar," ungkap Al-Falih.

Al-Falih pun kembali menegaskan bahwa menjaga produksi minyak pada kisaran level saat ini bukan hal yang salah. Hal ini melihat fakta adanya pemulihan konsumsi dan pertumbuhan di negara-negara berkembang dan Amerika Serikat.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved