Kalsel Menuju 2017
Altlet Kalsel Melawan Keterbatasan Fasilitas
Sejauh ini, tidak semua cabang olahraga di Kalimantan Selatan memiliki fasilitas yang menunjang untuk program latihan para atletnya.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Keberhasilan meraih prestasi di dunia olahraga tidak hanya ditunjang para atlet yang berkualitas dan potensial.
Namun juga membutuhkan dukungan fasilitas olahraga yang ideal dan memenuhi standarisasi, baik untuk latihan maupun bertanding.
Sejauh ini, tidak semua cabang olahraga di Kalimantan Selatan memiliki fasilitas yang menunjang untuk program latihan para atletnya.
Misalnya saja, pada persiapan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat, sejumlah cabang olahraga harus melakukan persiapan dengan fasilitas yang seadanya.
Sehingga, ini menjadi kendala untuk bisa melakukan latihan dengan maksimal. Apalagi sejumlah cabang olahraga nonunggulan tidak mendapatkan dukungan penuh dari KONI Kalsel saat persiapan ke PON.
Karena, pada persiapan menyongsong PON September lalu, KONI Kalsel menerapkan kebijakan tegas dengan membagi cabang olahraga (cabor) menjadi dua, cabor unggulan dan mandiri (nonunggulan).
Cabor unggulan mendapatkan dukungan penuh dari KONI Kalsel untuk memaksimalkan persiapan menyongsong PON termasuk dukungan dari fasilitas dan masuk dalam program sentralisasi dan pelatihan provinsi (pelatprov).
Sementara, cabor nonunggulan harus melakukan persiapan sendiri termasuk mencari fasilitas latihan secara mandiri.
Hasilnya bisa ditebak, sejumlah cabang olahraga di Kalsel memang kesulitan untuk bisa latihan secara maksimal dan meningkatkan prestasi di PON karena dukungan fasilitas yang belum baik.
Seperti cabang olahraga loncat indah. Cabang ini termasuk cabor unggulan sehingga persiapan bisa dilakukan dengan maksimal.
Saat kondisi tempat latihan loncat indah di SKB Mulawarman tidak bisa digunakan maksimal oleh para atlet untuk melakukan latihan, mereka masih bisa melakukan try out sekaligus latihan di Malaysia.
Sehingga bisa melakukan latihan lebih baik karena didukung dengan fasilitas yang baik pula di lokasi latihan di Malaysia hingga berlangsungnya PON.
Sementara itu, aeromodelling yang merupakan cabor nonunggulan, kesulitan melakukan persiapan karena terkendala peralatan pesawat untuk melakukan latihan.
Padahal pada PON XVIII/2012 di Riau, cabor ini berhasil meraih medali emas. Namun pada saat Pra-PON 2015 gagal meraih medali sehingga tidak masuk cabor unggulan. Akhirnya, di PON pun atlet aeromodelling Kalsel tak bisa berbicara banyak.
Cabor lainnya, gantole juga dibingungkan dengan fasilitas latihan karena kekuarangan armada layangan. Sehingga latihan pun dilakukan seadanya.
Padahal, cabor gantole termasuk unggulan, namun para atletnya harus menyewa layangan untuk digunakan latihan dan terpaksa menggunakan armada lama yang digunakan pada PON 2012.
Meskipun para atlet tetap termotivasi melakukan latihan, hasilnya tetap tak memuaskan karena juga gagal meraih medali di PON.
Wakil Wali Kota Banjarman Hermansyah sebagai ketua umum tim sepak bola Peseban Banjarmasin pun menyadari, minimnya fasilitas olahraga sangat berpengaruh terhadap prestasi atlet.
"Pengalaman saya saat membawa Peseban di Liga Nusantara dan Soeratin, kekalahan Peseban karena minimnya persiapan lantaran tidak memiliki sarana dan prasana," kata Hermansyah. (ryn/buy)
