Bursa Saham
Harga Komoditas Logam Industri Melambung Akibat Pasokan Menipis
Harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange juga sudah meroket sekitar 16,96% sepanjang tahun ini
Bahkan Deutsche Bank AG memprediksi, jika 20 tambang nikel di Filipina berhenti berproduksi, maka akan terjadi pemangkasan produksi nikel global hingga 200.000 ton. Di sisi lain, permintaan justru meningkat, di antaranya didorong peningkatan kegiatan produksi di China.
Pada November 2016 lalu produksi industri China tumbuh 6,2%. Tahun depan, pasar di China dan AS diprediksi makin menggeliat. Alhasil, Ibrahim memprediksi harga nikel di kuartal satu 2017 akan bergerak di kisaran US$ 9.150 - US$ 12.100 per metrik ton.
Tapi koreksi harga masih bisa terjadi bila The Fed menaikkan suku bunga di Januari atau Maret 2017 mendatang. Selain itu, keputusan pemerintah Indonesia merelaksasi kebijakan ekspor nikelnya bisa membuat pasokan global melimpah.
- Tembaga
Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto bilang, harga tembaga naik didorong permintaan tak terduga dari China. Data Shanghai Metal Market menunjukkan, impor konsentrat tembaga di Negeri Tirai Bambu itu pada periode Januari-November melaju 29%. Selain itu, defisit pasokan juga terjadi.
International Cooper Study Group (ICSG) mencatat, selama periode Januari-September terjadi kekurangan pasokan hingga 84.000 ton. Namun di tahun 2017, Andri pesimistis harga tembaga bisa tumbuh tinggi, melampaui pertumbuhan harga tahun ini. Beberapa katalis negatif akan membayangi.
"Dari Indonesia, kemungkinan akan terjadi peningkatan produksi kalau Freeport berhasil mendapatkan persetujuan pengecualian untuk ekspor konsentrat," papar Andri.
Produksi Zambia juga diperkirakan akan bertambah sekitar 800.000 ton. Nah, jika ini benar terjadi maka kenaikan harga tembaga bakal tertahan. Andri memprediksi di kuartal I-2017 harga tembaga menyentuh level US$ 5.500 per metrik ton.
- Aluminium
Andri menyebut, membaiknya ekonomi China membuat permintaan aluminium dari Negeri Tirai Bambu ini meningkat signifikan. Permintaan antara lain datang dari industri otomotif China. Di November, impor aluminium Negeri Panda terdongkrak 28%.
"Total pemakaian aluminium di China meningkat 4%-5%," kata Andri.
Berdarkan data China Association of Automobile Manufacturers, penjualan kendaraan bermotor di China bulan November 2016 terbang 17% dibanding bulan sebelumnya.
Bahkan sepanjang Januari-November 2016, penjualan kendaraan melesat 16% atau 21,7 juta unit kendaraan, ketimbang periode yang sama tahun lalu. Harga aluminium tahun depan masih bisa naik, tetapi tidak akan setinggi tahun ini.
Maklum, harga masih bergantung pada permintaan dari China dan realisasi kebijakan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45. Dari sisi pasokan, aluminium cenderung lebih stabil ketimbang komoditas logam indutri lainnya.
Memang ada potensi kenaikan produksi di China sebesar 4,5 juta ton dan India sekitar 385.000 ton, tetapi permintaan aluminium juga masih cukup tinggi. Andri menebak harga aluminium pada kuartal I-2017 berada di kisaran US$ 1.800- US$ 1.900 per metrik ton.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/komoditas-logam_20161229_101102.jpg)