Berita Banjarmasin
Keringat Seminggu Demi Lembaran Dua Ribu, Pengrajin Tanggui Alalak Selatan Tetap Bertahan
Pelindung kepala yang terbuat dari daun nipah ini disebut tanggui. Masyarakat Banjar biasanya menggunakan tanggui saat pergi ke sawah.
Penulis: M Fadli Setia Rahman | Editor: Eka Dinayanti
Sehari, rajutan tanggui yang bisa diolah bisa mencapai 10-15 tanggui. Namun sekali lagi dia mengatakan, harus menunggu kering dulu daun nipah, baru tanggui bisa digunakan.
Meski mayoritas pembuat tanggui adalah ibu-ibu, ada juga bapak-bapak yang ikut membuat tanggui.
Masih di tempat yang sama seorang lelaki tampak terampil mengayam dan merajut daun nipah jadi tanggung.
Dialah Mulyadi (45) yang juga warga setempat. Masih tetanggaan dengan Tika.
"Untungnya tidak seberapa juga membuat tanggui ini, tapi tidak apa-apa untuk menambah penghasilan," bebernya.
Seikat daun nipah dia membeli seharga Rp 600. Dan nantinya dari bahan itu semua dirajut dengan penyangga lidi untuk menyatukan daun.
"Nanti ada yang membeli lagi rajutan awal ini. Baru dikemas menjadi tanggui siap pakai," pungkasnya.
