Jawa Tengah
Mengerikan, Cerita Pecandu Tembakau Gorila Rasakan Efeknya di Tubuh
Berawal dari rasa penasaran karena menjadi trending topik di pemberitaan, pria 24 tahun berinisial AB mencoba mengonsumsi tembakau gorila
BANJARMASINPOST.CO.ID, SEMARANG - Berawal dari rasa penasaran karena menjadi trending topik di pemberitaan, pria 24 tahun berinisial AB mencoba mengonsumsi tembakau gorila.
Namun, setelah mencobanya, warga Kalipancur, Kota Semarang itu justru kapok dan mengaku tidak ingin mengulangi lagi.
Menurutnya, efek yang ditimbulkan setelah menghisap rokok dari tembakau gorila sangat tidak nyaman. Kepalanya menjadi pusing tak karuan seperti terserang penyakit vertigo.
"Pusing banget, mungkin itu kenapa disebut tembakau gorila karena badan rasanya montang-manting kayak dibanting kanan dan ke kiri. Padahal saya mengonsumsinya belum habis sebatang, tapi sudah langsung terasa efeknya," kata pria yang kesehariannya bekerja serabutan itu.
Untuk mendapatkan tembakau gorila, AB iuran bersama 17 rekannya. Barang tersebut diperoleh dari temannya yang berdomisili di Bali.
"Mungkin sebutan gorila karena efeknya kayak dihajar gorila. Dampaknya kepala pusing terasa hampir dua jam lebih," ujarnya baru-baru ini.
Ia tidak mengetahui harga tembakau gorila secara pasti. Namun dari hasil patungan tersebut, terkumpul uang sekitar Rp 400 ribu selanjutnya setelah dibelikan didapatkan barang sebanyak kepalan tangan orang dewasa.
"Saya ini juga pengguna obat-obat terlarang, tapi reaksi tembakau gorila lebih parah dari obat yang pernah saya rasakan seperti exsimer atau trihex," ujarnya.
AB sempat curiga dengan tembakau gorila. Ia menduga barang tersebut merupakan oplosan vodka atau minuman keras lain. Sebab, terasa basah dan aromanya tidak bau seperti tembakau pada umumnya.
"Bau kayak oplosan ethanol, harganya sekitar Rp 300 ribu sampai 400 ribuan dapat seplastik atau per paket. Cara mengkonsumsi layaknya rokok pada umumnya tapi harus dilinting sendiri pakai kertas rokok," pungkasnya.
Seorang penghuni rehabilitasi Rumah Damai Semarang berinisial AS mengaku pernah mencoba mengkonsumsi rokok tembakau gorila sekitaran awal tahun 2015.
Barang tersebut didapat dari pemberian temannya saat masih tinggal di Jakarta.
"Saat itu lagi nongkrong, teman nawarin barang baru namanya tembakau gorila. Karena penasaran terus saya coba, ternyata nggak enak, badan jadi lemes, pusing. Sekali mencoba itu kapok," kata pria berusia 32 tahun tersebut.
AS masuk di rehabilitasi Rumah Damai sejak Juni 2016 akibat ketergantungan sabu-sabu.
Ia menjadi pecandu sejak 1996 dan sempat berhenti total selama enam tahun, tepatnya 2005-2011 semenjak tinggal di Salatiga.
