Berita Kabupaten Banjar
Hj Hamdanah Gunakan FB dan WA untuk Promosikan Tapai Gambut
Rasa tapai yang demikian manis dan berair membuat tapai gambut begitu dikenal. Jadi Gambut tak hanya dikenal sebagai lumbung padi dan kuliner itiknya.
Keduanya mengayuh dan menjajakan tapai ketan dan tapai gumbili ke Banjarmasin. Menurut Masroyah, mereka sudah selama 25 tahun mengayuh sepeda menjajakan tapai olahan sendiri ke Banjarmasin.
Mereka menjalaninya sebagai usaha satu-satunya untuk menghidupi keluarga. "Kami tidak bertani karena tidak punya sawah. Ini pang satu-satunya usaha. Suami mengolah tapai, saya menjajakannya ke Banjarmasin," katanya.
Ada suka dan duka keliling berjualan tapai. Suka tentu saja jika dagangan laris. Dukanya jika hujan dan tapai tidak habis. “Kalau hujan susah menjualnya. Kami lebih banyak berteduh menunggu hujan reda," katanya.
Tasmiyah menambahkan kalau sedang ramai tapainya habis sebelum mahrib. Tetapi, jika sedang sepi, mereka bisa baru pulang selepas isya.
Biasanya mereka membawa pulang Rp 200 ribu. "Ramadan lebih banyak bawa tapai ketannya. Uang pun biasanya lebih banyak didapat. Sampai Rp 500 ribu," ujarnya.
Lurah Gambut, Darul Qutni mengatakan, sebagian besar warganya terutama di RT 1 dan 2 Jalan Pematang Panjang menekuni kerajinan mengolah tapai. Ada 43 warga di RT 1 dan 13 warga di RT 2 yang menekuni kerajinan tersebut.
Didampingi Ketua RT 1 Mansyah dan Ketua RT 2 Bahrul Ilmi, Darul pun berharap home industri ini bisa dikembangkan baik dari sisi promosi maupun pemasaran. Bahkan daerah tersebut bisa dijadikan destinasi wisata tapai ketan.
"Mungkin bisa dibuat semacam gapura yang menjelaskan ini sentra pengolahan tapai. Kami akan kerja sama ini dengan Disperindag dan juga Dinas Pariwisata," ujarnya. (wid/tim)
Baca di Harian Banjarmasin Post Edisi Selasa (30/5/2017)