Jembatan Mandastana Runtuh
Jembatan Senilai Rp 17,5 Miliar Runtuh di Hari Kemerdekaan, 1.000 Lebih Warga Tanipah Terisolasi
Jembatan yang menghubungkan dua desa itu patah bertepatan Hari Kemerdekaan RI, Kamis (17/8/2017) sekitar pukul 11.30 Wita.
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Roby Muhammad panik. Dia mondar-mandir di ujung jembatan beton yang patah. Kepala Desa (Kades) Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Baritokuala ini bolak-balik berbicara lewat handphone dengan kepala desa di seberang sungai yakni Kades Bangkit Baru, Muhammad Alek.
Mereka tidak bisa berbicara langsung karena jembatan yang menghubungkan dua desa itu patah bertepatan Hari Kemerdekaan RI, Kamis (17/8/2017) sekitar pukul 11.30 Wita. Padahal, jembatan itu merupakan akses utama penghubung kedua desa.
“Kami tidak bisa menyeberang pak, karena kelotok di sini tidak ada. Ya, kami laporan sementara lewat telepon saja,” kata Roby.
Bukan hanya Roby yang kesusahan. Warga Desa Tanipah yang berjumlah 1.000 jiwa lebih terdampak runtuhnya jembatan itu. Sehari-hari, jembatan ini menghubungkan tiga desa yakni Desa Tanipah, Tatah Halayung dan Ramania.
“Yang paling penting, anak-anak sekolah ke seberang tidak bisa cepat dan harus pakai kelotok. Makanya kami sementara ini memerlukan benar tranportasi semisal feri,” ucapnya. Soalnya, dua sekolah, SMAN dan SMPN Mandastana ada di Desa Bangkit Baru.
Patahnya jembatan juga berdampak lain bagi warga. Mereka yang mau berobat sementara tertahan, sebab puskesmas berada di Desa Bangkit Baru yang lokasinya di seberang sungai.
“Terpaksa belum bisa diobati. Kalaupun kami terpaksa mau berobat, ya harus pakai mobil ke luar menuju Desa Ramania. Itu pun harus memutar empat sampai lima kilometer,” tutur Rahmadin, yang mengaku anaknya sakit.
Sebaliknya, warga Desa Bangkit Baru RT 2 yang mau melintas ke Desa Tanipah harus ditunda dulu. “Kalau kami kepentingan ke Tanipah banyak, tapi paling banyak adalah bertani,” ucap Baseri, warga Desa Bangkit Baru.
Memang, ada akses keluar lewat jalan memutar berjarak sekitar lima kilometer melalui Desa Puntik Luar, melintas di Jembatan Ramania. Jembatan ini terhubung ke jalan arah Desa Tanipah. Lalu dari Desa Sungai Ramania bisa tembus ke Desa Lok Rawa langsung ke Jalan Gubernur Soebarjo.
“Harus sekitar sekitar empat kilo mutar. Selain itu, akses lainnya tidak ada, kecuali pakai perahu kelotok,” ujar Baseri.
Jembatan yang patah dan ambruk adalah Jembatan Mandastana-Tanipah. Diperoleh informasi, pembangunannya menggunakan tambahan APBN-P pada 2015. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Batola menggunakan anggaran sebesar Rp 17.484.198.000.
Pantauan di lokasi, jembatan itu patah tepat di tengah dan menyebabkan jembatan ambruk.
Dikhawatirkan membahayakan warga, kepolisian membentang pita larangan melintas. “Kami imbau sementara ini warga agar tidak dulu mendekat di areal lokasi karena dikhawatirkan masih berbahaya,” kata Kasatreskrim Polres Batola, AKP Sakun Arisandi.
Sementara didapat informasi, jembatan dengan konstruksi file slab gender runtuh bukan karena tiangnya patah tapi akibat pilar kedua dari arah Desa Tanipah atau pilar ketiga dari Desa Bangkit Baru amblas ke dalam tanah. Beruntung, saat runtuh, tidak ada aktivitas orang di atasnya, baik pejalan kaki, pengendara roda dua maupun roda empat.
Anang, seorang warga mengatakan, saat jembatan dengan panjang sekitar 90 meter ini runtuh suasana sangat sepi karena ada keramaian di Desa Tanipah dan Desa Bangkit Baru.
Edi Supriadi, Kabid Bina Marga Dinas PU Batola, saat berada di lokasi, menyatakan melihat runtuhnya jembatan dalam kondisi rata tanpa menghancurkan lantai, dia menduga akibat alam. Namun untuk lebih memastikan sebab-musabab amblasnya pilar jembatan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, Dinas PU akan menurunkan tim untuk menelitinya.
Rusman Aji, Direktur PT Citra Bakumpai Abadi, yang membangun jembatan tersebut pada 2015, saat dikonfirmasi, tak mau banyak berkomentar. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Baritokuala ini menyatakan tak mau menduga-duga penyebab runtuhnya jembatan. Alangkah baiknya, kata Rusman, menunggu hasil penelitian dari balai jalan nasional.
Ditambahkan Rusman, pihaknya sudah mengerjakan jembatan sesuai dengan perencanaan dan setiap hari ada konsultan pengawas yang mengawasi pekerjaan pembangunan jembatan. Jadi, katanya, kita tunggu hasil penelitian amblasnya pilar jembatan.
Dari Desa Tanipah, sebut Suyud, Camat Mandastana, masih bisa menggunakan mobil lewat Desa Sungai Ramania. Hanya, katanya, jalan dan jembatan kecil. Sementara Desa Sungai Ramania yang berdekatan dengan Desa Tatah Halayung masih bisa menggunakan jalan desa menuju Jalan Gubernur Soebarjo. (lis/ady/rmd/don)
Baca Lengkap di Harian Banjarmasin Post Edisi Cetak Jumat (18/8/2017)
