Berita HSU

Ada Layanan Apotek Terapung di HSU, Ini yang Kadang Dilakukan Halida Saat Beri Layanan ke Pelosok

Setiap desa di kawasan rawa didatanginya menggunakan kelotok atau perahu bermesin untuk memberikan pelayanan satu bulan sekali.

Editor: Elpianur Achmad
Halaman 1 Harian Banjarmasin Post Edisi Cetak Selasa (5/9/2017) 

BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI - Saat matahari baru saja terbit, Dewi Yulida Mona Resty bertolak dari rumahnya di Desa Tambalangan Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) menuju Puskesmas Danau Panggang. Setelah satu jam perjalanan, barulah dia sampai di kecamatan yang sebagian daerahnya berupa rawa ini.

Sejak Agustus 2015, Yulida menjalankan program pelayanan informasi obat-obatan dan apotek terapung. Setiap desa di kawasan rawa didatanginya menggunakan kelotok atau perahu bermesin untuk memberikan pelayanan satu bulan sekali.

Dalam perjalanan apoteker tersebut memberikan informasi mengenai kesehatan dan kefarmasian menggunakan pengeras suara. Cara ini dinilainya terbukti menarik perhatian masyarakat karena belum ada yang melakukannya.

"Memberikan informasi menggunakan toa. Banyak warga yang memperhatikan. Saat kami singgah, banyak juga yang mengajukan pertanyaan," ujarnya.

Oleh Yulida, masyarakat diimbau untuk tidak menggunakan sembarang obat yang dijual di pasaran. Penggunaan obat perlu dikonsultasikan kepada dokter atau apoteker agar penyakit yang diderita bisa ditangani dengan baik.

Apa yang dilakukan Yulida tak selalu berjalan mulus. Kunjungan ke desa-desa yang tak bisa dijangkau menggunakan transportasi darat ini kadang menghadapi kendala. Seperti saat musim penghujan dan air rawa pasang, kawasan rawa selalu dipenuhi eceng gondok. Kelotok pun sulit melintas. Mesin kelotok kerap mati jika tersangkut eceng gondok.

"Kalau saat musim pasang dan banyak eceng gondok. Kadang saya juga membantu menyingkirkan eceng gondok dari jalur kelotok," ujarnya.

Kelotok yang digunakan Yulida masih sewa dari warga, bukan milik puskesmas. Kelotok itu tak dilengkapi atap sehingga saat hujan, Yulida dan rombongan terpaksa singgah atau kunjungan ke masyarakat ditunda.

Saat hari terik Yulida bersama dokter dan tenaga kesehatan lainnya juga terkena sengat panas matahari.

Saat ditanya mengapa berinovasi membuat apotek terapung, Yulida mengaku ingin warga di desa tertinggal mengerti mengenai obat dan informasi kesehatan lainnya.

Desa yang sering dikunjungi adalah desa sangat tertinggal yaitu Kampung Timbul, Rintisan dan Longkong. Selain itu desa biasa yaitu Pararain dan Pandamaan.

Selain memberikan pelayanan informasi dan apotek terapung, dia melakukan kunjungan ke setiap desa bersama dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan.

Beberapa warga desa telah menjadi pasien tetap yang kondisi kesehatannya selalu dipantau. Bertempat di rumah warga, Yulida, dokter dan tenaga medis lainnya melayani warga dengan berbagai keluhan penyakit.

Dengan inovasi ini, Yulida mendapatkan penghargaan sebagai Juara II Apoteker Teladan Tingkat nasional. Dengan pretasi ini, dia diundang ke Istana Negara menghadiri Peringatan HUT Ke72 Kemerdekaan Republik Indonesia.

"Tidak menyangka bisa mengalahkan banyak peserta lain. Saat membuat makalah dan mempresentasikan kepada dewan juri hanya menjelaskan apa yang telah saya lakukan selama ini," ujar perempuan berusia 30 tahun ini. (nia)

Baca di Harian Banjarmasin Post Edisi Cetak Selasa (5/9/2017)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved