Berita Banjarmasin
Makam Tua Keramat di Barabai Bikin Warga Heran, Tanahnya Terus Meninggi dan Dipenuhi Kain Kuning
Sebuah kuburan keramat ada di Desa Tembok Bahalang RT 1 Kecamatan Batang Alai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Penulis: Yayu Fathilal | Editor: Elpianur Achmad
Makam itu berkandang ulin yang karena sudah tua kemudian lapuk, selain itu karena tanah makamnya meninggi terus membuat pagar ulinnya rusak.
Makam tersebut beratap seng, namun sekarang sudah berlubang karena terkena gundukan tanahnya yang terus meninggi tersebut.
“Sekarang warga sini sedang memperbaikinya dengan dana seadanya dari kami,” ujarnya yang merupakan warga asli desa itu.
Menurutnya, dulu tanahnya tak setinggi ini, namun seiring berjalannya waktu selalu meninggi hingga sekarang mencapai 160 sentimeter, bahkan bisa saja lebih.
Ada yang mengatakan gundukan tanah itu adalah sarang anai-anai, namun pernah dulu warga setempat menggali kuburan itu ternyata tak ditemukan seekor pun anai-anai.
Anehnya lagi, makam itu dipenuhi kain kuning dan kembang barenteng namun warga sekitar tak ada yang mengetahui siapa yang menaruhnya di situ.
“Makam ini tak pernah diziarahi warga kampung sini atau pun orang luar kampung kami. Anehnya, selalu ada saja kain kuning dan kembang barenteng, baik yang baru atau lama, entah siapa yang meletakkannya. Kain kuningnya itu ratusan lembar jumlahnya, bahkan ada yang tertanam di dalam tanahnya,” ungkapnya.
Baca: Ada Kecelakaan Lalulintas, Kapolres Banjarbaru AKBP Kelana Rela Dorong Mobil Saat Hujan Deras
Dulu, waktu gundukan tanahnya belum setinggi ini, ada yang meletakkan kain kuning di atas makam itu, namun karena tanahnya meninggi terus akhirnya kain tersebut terkubur di situ.
“Kami tak mengetahui siapa yang melatakkan kain-kain itu, tak ada wujudnya karena makam ini tak pernah diziarahi siapa pun sejak dulu, tiba-tiba saja ada dan sekarang sudah sebanyak ini. Makamnya ini di pinggir jalan saja,” ujarnya merasa heran.
Warga sekitar tak ada yang mengetahui identitas mayat di makam itu, namun sejak dulu mereka hanya menyebutnya kai yang berarti kakek.
“Kalau disebut kai atau kakek berarti dia lelaki. Orang-orang tua di kampung kami biasa menyebutnya begitu, katanya orangnya lelaki tetapi tak jelas siapa namanya, orang mana, siapa keturunannya sekarang dan apakah mereka masih ada,” ujarnya lagi.