Berita Jakarta

Waduh! Kerugian akibat Kemacetan di Jabodetabek Senilai Rp 100 triliun

"Berbagai terobosan yang dipersiapkan tersebut, telah dan terus dikomunikasikan oleh BPTJ dengan Gubernur dan Wakil Gubernur"

Editor: Didik Triomarsidi
thi
Kemacetan lalu lintas Jakarta 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Kerugian akibat kemacetan lalu lintas setiap tahun terus meningkat. Data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional ( Bappenas) menunjukkan, tahun ini di Jabodetabek kerugian mencapai Rp 100 triliun, sementara di Jakarta Rp 67, 5 triliun.

Demikian disampaikan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono dalam diskusi di Jakarta, Minggu (3/12/2017).

Dia mengatakan, untuk mengurangi kerugian yang tidak harus terjadi tersebut, pihaknya, Kementerian Perhubungan, bersama pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya telah mempersiapkan berbagai terobosan dan harus dilaksanakan secepatnya.

"Berbagai terobosan yang dipersiapkan tersebut, telah dan terus dikomunikasikan oleh BPTJ dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan kepala daerah di Bodetabek," katanya.

Baca: Benarkah Saranjana Kota Gaib di Kotabaru yang Tak Kasat Mata, Begini Kisah-kisahnya

Baca: Ramalan 2018, Prabu Jayabaya Melihat Bakal Kembali Terjadi Tsunami?

Baca: TKW Ini Menarik Mata Dunia Karena Jepretannya di Waktu Luang, Mengejutkan Nasibnya Sekarang

Baca: Yatim Piatu Sejak Kecil dan Bertahan di Jalanan, Akhirnya Keajaiban Datang, Simak Kisah Inspiratif

Baca: Ini 7 Jenis Pelat Nomor yang Diincar Polisi, Cepat Ganti!

Dia menyebutkan, BPTJ dan Pemprov DKI akan terus berkoordinasi menindaklanjuti program peningkatan layanan angkutan umum dan penanggulangan kemacetan di DKI Jakarta dalam lingkup penanganan se-Jabodetabek.

Bambang mengatakan, permasalahan transportasi Jabodetabek saat ini dengan kondisi tingkat kemacetan yang sangat tinggi di mana rasio volume kendaraan dibanding kapasitas jalan sudah mendekati 1, atau dengan kata lain sudah macet dan perlu penanganan.

Kedua, sepeda motor di jalan makin dominan, sementara peran angkutan umum masih rendah.

"Saat ini penggunaan angkutan umum di Jakarta baru 19.8 persen dan di Bodetabek baru 20 persen," katanya.

Untuk itu sebut dia, diperlukan program penanganan yang perlu segera diterapkan mengingat sejak tahun 2000 hingga 2010, data statistik jumlah kendaraan yang terdaftar mengalami peningkatan sebesar 4,6 kali.

Sementara itu, untuk pelaju dari wilayah Bodetabek menuju Jakarta ada sekitar 1,1 juta, dan ini terus meningkat 1,5 kali lipat sejak tahun 2002.

Untuk pergerakan lalu lintas harian di Jabodetabek, dia menyebutkan, yang semula pada 2003 sebesar 37,3 juta perjalanan/hari meningkat 58 persen atau mencapai 47,5 juta perjalanan/hari di tahun 2015.

Dari 47,5 juta perjalanan orang per hari tersebut, sekitar 23,42 juta merupakan pergerakan di dalam kota DKI, 4,06 juta adalah pergerakan komuter dan 20,02 juta adalah pergerakan lainnya yg melintas DKI dan internal Bodetabek.

Perjalanan di Jabodetabek rata-rata didominasi oleh sepeda motor, sebaran dari total pergerakan Jabodetabek didominasi oleh sepeda motor yakni sebesar 75 persen, kendaraan pribadi sebesar 23 persen, dan dua persen oleh kendaraan angkutan umum.

"Hal ini tentu berdampak pada perekonomian dan lingkungan," katanya.

Ada beberapa terobosan yang sudah dan akan dilakukan, yaitu BPTJ dan Pemerintah Provinsi DKI yakin harus mendorong kebijakan seperti penerapan ganjil genap, pengaturan sepeda motor; ramp metering di tol; Electronic Enforcement; pengaturan angkutan barang.

"Untuk bisa mendorong kebijakan tersebut, yang dipersiapkan yaitu menyiapkan lajur khusus angkutan umum di wilayah Jabodetabek, Park and Ride yang memadai, menyiapkan berbagai alternatif angkutan umum seperti jemputan, JR Connexion, dan JA Connexion," katanya.

Hai Guys! Berita ini ada juga di KOMPAS.COM

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved