Tahukah Anda, Segelas Espresso yang Nikmat Itu Diolah dari Mesin Berharga Ratusan Juta?
KOPI mulai booming di Banjarmasin sejak 2014 lalu, kemudian terus berkembang di 2015 dan di 2017.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - KOPI mulai booming di Banjarmasin sejak 2014 lalu, kemudian terus berkembang di 2015 dan di 2017.
Banyak digelar kompetisi seduh kopi manual brew dan di luar Kalsel juga digelar kompetisi mengolah Latte Art menggunakan mesin espresso.
Jangan anggap harga mesin espresso tersebut sebelah mata.
Harganya bisa mencapai kisaran Rp 225 juta dan Rp 300 jutaaan bahkan lebih.
Salah satunya ada di Toffin dan Effronte Cafe di Jalan Bumi Mas Banjarmasin.
Meck Alfonso, Barista Toffin di Jl A Yani km 8,4 Kompleks Persada Mas Banjar, menunjuk mesin Black Eagle VA388 dua grup.
Mulai dari mencolok kabel di stop kontak, kemudian menghidupkan sakelar On.
Baca: Kaget dengan Mata Anak Dalam Fotonya, Wanita Ini Temukan Fakta Menyedihkan
Tanpa ragu, Meck menekan tombol power yang ada di display sekitar lima detik, sembari menunggu tekanan suhu panas sekitar 15 menit sampai 30 menit.
Begitu suhu sudah panas, mesin siap digunakan.
Penuh cekatan, Meck mengambil kopi biji yang sudah menjadi bubuk dalam mesin grinder yang terletak disebelah mesin Black Eagle tersebut.
Selanjutnya mentamping kopi dan meletakkan kopi di grup head pada mesin Black Eagle, dibarengi dengan menekan tombol yang ada di grup head.
Dirasa cukup, selanjutnya Meck menggunakan steamwand di Black Eagle, yang fungsinya membuat susu menjadi busa, barulah membuat hiasan atau disebut latte art, bergambar tulip di atasnya.
Baca: Gadis 9 Tahun Ini Temukan Cincin di Pantai, Tak Disangka 17 Tahun Kemudian Terungkap Pemiliknya
Meck berujar, Black Eagle VA388 hanya ada di Toffin sebagai distributor coffee shop di wilayah Kalimantan.
Seiring kopi booming, maka konsumennya meningkat.
Mesin espresso Victoria Ardwino Black Eagle VA388, merupakan produksi dari Italia harga yang dibanderol Rp 200 jutaan.
Boleh dibilang Toffin satu-satunya di Kalimantan yang menjual alat tersebut.
“Kualitas di dalamnya sudah memiliki tekonologi T3 yang berfungsi menjaga suhu tetap stabil karena perubahan suhu sangat mempengaruhi rasa dan kualitas kopi. Beda dengan alat espresso lainnya, hanya menggunakan heat exchanger dengan satu boiler yang berarti suhu tidak stabil,” jelasnya.
Dia menjelaskan, Black Eagle VA388 memiliki kualitas tinggi yang dipercaya digunakan di World Barrista Competiton (WBC) 2015, 2016, 2017 sampai 2020 mendatang.
Alat itu langsung diimpor dari Itali dalam bentuk sudah jadi di Toffin.
Baca: Dramatis, Marion Jola Lolos! 3 Kontestan Indonesian Idol Tersingkir, Ini Kata Juri
“Sebenarnya cara pengoperasionalan mesin espresso sama semua, colok listrik tekan tombol power menunggu sekitar 30 menit langsung menyala. Hanya saja jika menggunakan mesin ini, rasa lebih konsisten,” jelasnya lagi.
Dalam mengoperasionalkan Black Eagle VA388 ini lebih banyak membutuhkan daya, yakni 7300 watt.
Toffin juga menyediakan mesin Vibieem (VBM) yang merupakan salah satu mesin espresso kelas menengah, umumnya peminat alat ini kalangan perkantoran atau rumahan.
Harganya kisaran Rp 30 juta dan yang dua grup Rp 60 jutaan.
Sedangkan untuk di cafe-cafe biasanya menggunakan Nouva Simonelli, harganya kisaran Rp 40 jutaan satu grup terdiri dari grup head, dan satu steamwand.
Dua grup kisaran Rp 80 jutaan, terdiri dari dua grup head dan dua steamwand.
Grup head adalah tempat untuk meletakkan porta filter yang berfungsi untuk mengektraksi kopi.
Sedangkan steamwand alat yang digunakan membentuk susu menjadi foam atau busa dan juga menaikkan suhu susu dari dingin menjadi kisaran 65 derajat.
“Merupakan impor Italia, Nouva Simonelli tipe Aurlelia II lebih diminati, karena pemakaian dan perawatan lebih mudah serta harga lebih terjangkau,” katanya.
Mesin espresso Aurelia II diminati karena memiliki konsistensi dan banyak digunakan barista di luar negeri. Merk dan tipe ini digunakan di World Barista Championship 2011, 2012 dan 2013.
“Isi dan fungsi sebenarnya tidak ada bedanya, hanya kalau VA 388 tiga grup itu saja,” tambah Meck.
Sally Maryanto, Owner Toffin Banjarmasin, membenarkan mesin kopi Black Eagle memang mahal.
Mesin dua grup standar harganya dipatok Rp 250 juta, sedangkan tiga grup Gravimetric bisa sampai Rp 320 juta.
“Mesin Black Eagle itu termasuk mesin kopi high end yang filosofinya adalah konsistensi dalam memproduksi kopi-kopi berkualitas yang disebut sebagai speciality coffee,” katanya.
Mesin Kopi Victoria Arduino bersama Grinder Mythos 1 diciptakan dari hasil riset tim dari Simonelli Group dan James Hoffman, juara World Barista Championship 2007.
Sampai saat ini Victoria Arduino Black Eagle masih menjadi mesin kopi terbaik di dunia dan Grinder kopi Mythos 1 sebagai Grinder kopi komersil terbaik dunia.
Victoria Black Eagle 2G Gravimetric dan Grinder Mythos 1 juga menjadi mesin kopi official untuk World Barista Championship 2015-2020 dan Indonesia Barista Championship 2018-2020.
Baca: Unik, Ketua BPD Desa Bungur Batumandi Balangan Ini Bernama Pemilu Golkariansyah
“Kalau untuk hobi, mesin Black Eagle ini hanya untuk orang-orang perfeksionis yang mau semuanya terbaik. Kalau untuk usaha, satu tahun mesin kopi sudah balik modal,”imbuhnya.
Ditambahkannya, hanya saja konsepnya berbeda dari bisnis kopi lainnya. Bila mengunakan mesin ini, sangat menekankan kualitas kopi yang disajikan, berbeda dengan coffee shop komersil yang sekedar jual kopi dengan sirup.
Menurutnya, untuk mesin kopi yang puluhan juta pun sebenernya tidak susah untuk mengembalikan modal.
Karena harga jual kopi di Indonesia cukup bagus, dan harga bahannya cukup rendah karena didukung produk lokal, marginnya cukup untuk balik modal dalam empat sampai enam bulan.