Terapis Ini Beberkan Cara Terbaik Melatih Motorik Anak

Tri Budi Santoso PhD OT narasumber Pertemuan Ilmiah IOTI Regional Kalimantan Selatan mengatakan untuk terapis di Kalimantan

Editor: Eka Dinayanti
zoom-inlihat foto Terapis Ini Beberkan Cara Terbaik Melatih Motorik Anak
BPost Cetak
bpost cetak

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tri Budi Santoso PhD OT narasumber Pertemuan Ilmiah IOTI Regional Kalimantan Selatan mengatakan untuk terapis di Kalimantan masih tergolong sedikit dan beda dengan daerah lain di Jawa.

Ia pun mengatakan untuk anak autis hanya sekitar 10 persen yang bisa sekolah sampai perguruan tinggi.

Ia mengatakan memang anak autus bisa mandiri tapi hanya 10 persen bekerja dengan baik.

Ia pun berharap dengan terapis dan pendidikan yang baik mereka bisa mandiri untuk hidup di kemudian hari.

Pada kesempatan ini sempat dipaparkan tentang anak-anak dengan gangguan motorik dimana seperti jika anak-anak normal maka loncatnya dengan power atau kekuatan.

Baca: Menikah dengan Vicky Prasetyo, Angel Lelga Mengeluh Tidak Bisa Tidur: Dia Banyak Maunya

Namun yang mengalami gangguan motorik loncatnya seperti diseret-seret dan entah terburu-buru.

Hal ini bisa diajari dengan anak-anak ini loncat namun kita didepan mereka pas mereka loncat dihalangi dan dikasih pertanyaan warna apa ini.

Kemudian mereka loncat lagi dan diajak ngobrol atau bernyanyi, berhitung dan kemudian mereka loncat lagi.

Ketua IOTI Cabang Kalsel, Aspani mengatakan kegiatan kali adalah Pertemuan Ilmiah IOTI Regional Kalimantan Selatan dengan tema "Aplikasi Aktifitas Terapeutik di Rumah dan Sekolah Untuk Anak Gangguan Atensi Belajar"

Baca: Mengerikan! Pejabat Kejari Tanahbumbu Juga Tewas di Jalur Kersik Putih Ini

Dimana pesertanya ada guru-guru pendidik , terapis dan orangtua dan tujuan diadakannya acara ini untuk menfasilitasi megedukasi orang tua dan pendidik bahwa ada kolaborasi penanggulangan anak gangguan belajar.

Menurutnya saat ini di Banjarmasin cukup banyak kasus adanya ganguan belajar anak seperti lambat membaca, berhitung dan bahkan ada bisa membaca namun tak mengerti atau memahami isinya.

Menurutnya dalam hal ini ada beberapa tahapan perkembangan yang miss atau yang tidak berkesinambungan.

"Kami di okupasi tahapan-tahapan ini yang kita matangkan," paparnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved