Berita Regional
Di Usia Lebih 100 Tahun Mbah Satiyah Masih Kuat dan Sehat, Ternyata Ini Amalannya
Meski tak ada bukti otentik bahwa Mbah Satiyah yang telah punya 40 cicit itu sudah berusia ratusan tahun.
Berjalan kaki pun tidak harus merepotkan keluarganya, walau acap kali memakai alat bantu tongkat.
Keperluan lain seperti mandi dan buang air di kamar mandi juga ia lakoni sendiri. Bahkan, nenek renta itu kadang mencuci pakaiannya sendiri.
Wajar jika di usianya yang sepuh ingatan Mbah Satiyah tak setajam dulu.
Tetapi, saat diajak mengobrol, ia masih fasih berbicara.
Hanya saja, instingnya saat mendengar dan melihat sudah mulai berkurang.
Semasa kecil hingga remaja, Mbah Satiyah tinggal di Desa Menduran, Brati, Grobogan Jawa Tengah.
Konon, cikal bakal desa itu erat hubungannya dengan sepak terjang ulama kesohor Kiai Kafiluddin.
Beliau adalah tokoh yang berjuang menyebarkan agama Islam di wilayah Pantura.
Kiai Kafiluddin kemudian membangun masjid di wilayah Desa Menduran pada tahun 1700-an.
Masjid kuno yang sempat direnovasi itu kini masih berdiri kokoh.
Hingga kini, banyak masyarakat dari berbagai penjuru berziarah ke makam tokoh pejuang agama Islam itu di Desa Menduran.
"Mbiyen pas cilik, yen lali salat opo ngaji, mesti diciweli wong tuwoku. (Saat kecil, ketika lupa salat dan mengaji, pasti dicubiti orangtua saya-Red)," tutur Mbah Satiyah.
"Pas wis gede nganti saiki, yen telat salat opo ngaji, mesti yen turu aku diimpeni jin sing ngamuk karo aku. Makane aku emoh ninggalke. (Ketika remaja hingga saat ini, saat terlambat salat dan mengaji, selalu saja bermimpi didatangi jin yang memarahi saya. Makanya saya tak mau meninggalkan ibadah," sambung Satiyah.
Suami Satiyah, Mat Kahar sudah lama meninggal dunia sejak anak-anaknya masih kecil.
Dari pernikahannya itu, ia dikaruniai enam anak, dua di antaranya sudah meninggal dunia.
Satiyah mempunyai empat saudara kandung yang semuanya pun sudah tiada.
"Kalau dengar azan, langsung salat. Salat lima waktu tak mau telat, bahkan tahajud juga dijalani. Ibu itu selalu menasihati kami supaya rajin ibadah. Untuk makan tak pilih-pilih. Apapun di meja dimakan. Sukanya ketela rebus dan minum kopi. Alhamdulillah, ibu tidak pernah sakit. Sejak dulu memang ikut saya," terangnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/mbah-satiyah_20180402_231736.jpg)