21 Tahun Jumat Kelabu
Hari Ini, 21 Tahun Silam, Syahrini Selalu Tabur Bunga di Depan Mitra Plaza
Hari ini, 21 tahun silam, Jumat, 23 Mei 1997, tragedi kemanusiaan terjadi.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Hari ini, 21 tahun silam, Jumat, 23 Mei 1997, tragedi kemanusiaan terjadi.
Dilaporkan banyak yang menjadi korban, baik jiwa, luka-luka atau hilang.
Tragedi itu tidak hilang dari ingatan Syahrini.
Sebab, anaknya hilang, hingga saat ini belum ada rimbanya.
Anaknya adalah Hamdan (18) di Kelayan A, Gang Srikandi, Banjarmasin.
Baca: Ayu Ting Ting Memang Tajir Melintir, Lihat 7 Mesin Uang yang Jadi Sumber Kekayaannya
"Tentu, kalau diungkap, sangat sulit. Sejauh ini pihak keluarga sudah mengikhlaskan. Namun setiap saat itu tiba, keluarga menggelar selamatan atau ada tabur bunga di bekas tempat kejadiannya dulu, di depan Mitra Plaza," ungkapnya, saat mengenang peristiwa yang kemudian disebut Jumat Kelabu tersebut.
Saat itu, menurut Iwan yang juga tetangga dari Hamdan, suasana dirasa mencekam.
Ketika itu memang ada kampanye terakhir dari Partai Golkar.
Kemudian, dirinya mendengar ada keributan di kawasan Muara Kelayan.
Baca: HASIL Piala Thomas 2018 - Marcus Gideon Merasa Nama Baiknya Dicemarkan Media Bangsa Sendiri
Kabar didapatnya, ada keributan perkelahian.
"Waktu itu saya di rumah. Setelah itu saya memberanikan diri ke depan Masjid Agung Miftahul Ihsan di depan Pasar Antasari. Kemudian saya lihat bebatuan berserakan. Ada kursi dan meja yang berantakan di simpang empat Jalan Kolonel Sugiono. Setelah saya tanya, ada yang mengganggu kebisingan orang ketika salat Jumat, dilempari oleh massa," tuturnya.
Setelah itu, ia melanjutkan, isu menyebar dan termasuk terjadi pembakaran di Kantor Golkar.
Dirinya melihat sudah ada asap tebal membumbung.
Sekitar pukul 17.30 Wita, baru ada kebakaran lagi di hotel yang dulu bernama Junjung Buih.
Baca: 3 PSK Cantik Ini Terkenal Tak Ketulungan Usai Membunuh Secara Sadis, Bahkan Merchandisenya Dijual
Kemudian di gereja dan terbakar lagi Mitra Plaza.
"Kejadian itu berangkaian. Penjarahan. Waktu itu saya masih anak-anak, sempat ikut-ikutan mengambil barang. Tapi setelah mau kembali kedua kalinya tidak dibolehkan orangtua. Nah, setelah penjarahan kedua itu, muncul kabar tentang banyak orang yang hilang," urai Iwan lagi.