Liga 1 2018
8 Fakta Yuli Sumpil, Aremania yang Disanksi Komdis PSSI Terkait Rusuh Laga Arema FC vs Persebaya
Nah, siapakah Yuli Sumpil yang dapat sanksi berat Komdis PSSI terkait laga Arema FC vs Persebaya Surabaya itu.
Ketika beranjak remaja, Yuli semakin berani dan bersemangat. Perlahan tapi pasti dia tumbuh menjadi sosok suporter sebenarnya. Dia rela ngamen di jalanan atau menjualkan kue dagangan ibunya, asal dapat uang untuk membeli tiket. Yang penting baginya bisa mendukung Arema dengan tanpa gratisan lagi seperti masa kecilnya dulu.
Yuli berkisah sudah sejak remaja dia selalu berusaha melakukan apa saja demi menonton pertandingan Arema. Bahkan kala laga away dia bersiap sejak pagi, menunggu truk di pinggir jalan raya. Begitu ada truk atau mobil angkutan barang lainnya yang mau mengangkutnya, Yuli langsung melompat ke dalam bak mobil menuju kota tujuan.
2. Yuli Sang Dirigen Aremania
Seorang dirigen, layaknya seorang konduktor dalam pertunjukan orkestra, adalah orang yang memimpin para suporter untuk menyanyi dan menari dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Lagu apa yang harus dinyanyikan dan gerakan tubuh macam apa yang mesti dilakukan semua keputusan ada di tangan dirigen. Semakin kreatif sang dirigen, maka semakin atraktiflah gerakan para Aremania yang mengikutinya.
Di era ligina saat Arema masih bermain di Stadion Gajayana, Aremania punya dua dirigen. Selain Yuli juga ada sosok Yosep, yang biasa dipanggil El Kepet.
Menurut pendapat mayoritas Aremania, seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilannya yang menarik, ceria, dan nyentrik, dan lain-lain.
Seorang dirigen juga wajib memiliki kemampuannya berkomunikasi dengan suporter lain, dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan membangkitkan semangat suporter untuk terus memotivasi tim yang didukung.
Di kalangan Aremania, memilih dirigen tak serumit Pilkada. Tak ada pemungutan sura yang berlangsung dengan ketat seperti Pilpres.
Penunjukan sosok dirigen di kalangan suporter biasanya dengan cara yang sulit dijelaskan, semuanya hampir kebetulan saja, sebelum sebuah pertandingan sepakbola dimainkan. Namun begitu seorang dirigen terpilih, jabatan itu akan disandangnya terus, tanpa batas waktu yang jelas, sampai ia mengundurkan diri atau kehilangan kemampuan untuk memimpin.
Begitulah, tujuh tahun lalu Yuli dan Kepet terpilih begitu saja sebagai dirigen Aremania. Hanya kepada mereka berdualah Aremania seisi stadion mau tunduk.
"Mungkin saya dipilih karena berambut gondrong dan suka menari sambil memanjat pagar pembatas lapangan. Kalau Kepet mungkin karena ia punya banyak teman. Ia kan tinggal dekat stadion," kata Yuli dalam sebuah kesempatan wawancara dengan media lokal.
Di Stadion Gajayana Malang, markas Arema, Yuli dan Kepet mesti berbagi wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan Yuli adalah tribun bagian timur, tepat di bawah papan skor. Wilayah Kepet adalah tribun bagian selatan. Sementara tribun VIP dibiarkan tanpa dirigen.
Saat Arema pindah homebase ke Stadion Kanjuruhan, Yuli pun ikut pindah singgasana ke stadion tersebut, meski jarak yang ditempuh dari rumahnya praktis lebih jauh dari biasanya. Dia tetap mengambil posisi di bawah papan skor. Sementara itu El Kepet tak ikut karena telah mengundurkan diri sebelumnya.

3. Yuli sebagai Tulang Punggung Keluarga